JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Biro Kesekretariatan FMRM Muhammad Riza Maulana mengungkapkan pencemaran udara di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, masih saja terjadi meskipun Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) sudah ditutup sejak Juli 2022.
“Justru bagi sebagian warga saat ini malah pencemarannya lebih parah, apakah jangan- jangan Pelabuhan KCN hanya korban salah investigasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta?,” ujar Riza.
DLH DKI Jakarta menutup izin operasional Pelabuhan Terminal Umum KCN sejak Juli 2022 sebagai buntut dari dugaan pencemaran udara akibat adanya kegiatan bongkar batubara dari kapal di dalam pelabuhan tsb.
Meskipun demikian, warga Marunda, khususnya di Rusunawa Marunda, masih sering mengeluhkan bahwa saat ini pencemaran debu batubara makin parah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Asep Kuswanto mengklaim telah menginvestigasi empat perusahaan yang cerobongnya diduga penyebab pencemaran debu batubara di Rusunawa Marunda.
Berdasar hasil investigasi, Asep mengklaim kadar emisi cerobong keempat perusahaan tersebut masih di bawah baku mutu.
“Apakah ini akibat kurangnya kompetensi Kadis (Kepala Dinas) LH (DKI Jakarta) itu sendiri. Atau mungkin juga karena kadung terjadi, sehingga sanksi bukan dalam konteks mencari solusi melainkan hanya sebatas pamer kerja belaka yang tidak mengakibatkan apa-apa bagi lingkungan kami," tegas Riza.
“Buktinya kami masih tercemar, justru semakin parah tercemar,”ungkap dia.
Lanjut dia, jika Kepala Dinas LH DKI Jakarta tidak mempunyai solusi atas pencemaran yang terjadi dan tidak mempunyai informasi siapa yang melakukan pencemaran ini, maka FMRM mendorong agar Kepala Dinas LH DKI Jakarta tsb mundur dari jabatannya karena tidak memiliki kompetensi di bidang yang dia ketuai.
Sebagai catatan, partikel debu batubara hasil pembongkaran di pelabuhan KCN kecil kemungkinan mencemari karena bukan hasil pembakaran batubara. Artinya, partikelnya terlalu berat untuk jauh terbawa angin dibandingkan partikel abu batubara (fly ash) yg merupakan hasil pembakaran batubara di pabrik.
Sementara, salah seorang warga Rusunawa Marunda Lusi Mariana Harahap menceritakan bahwa Warga Rusunawa Marunda sempat dapat bantuan berupa
satu ons minyak goreng untuk satu kepala keluarga (KK), setengah mentega, serta dua batang obat nyamuk.