ADVERTISEMENT

Jadi Keynote Speech di Mesir, Sekjen Kemenag : Moderasi Beragama Telah Dicontohkan oleh Para Pendiri Bangsa

Senin, 5 Desember 2022 16:49 WIB

Share
Foto : Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir. (Ist.)
Foto : Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir. (Ist.)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof. Dr. Nizar, M.Ag. menyampaikan Keynote Speech pada Simposium Intelektual Fikih Peradaban Merawat Moderasi Beragama pada Rabu 30 November 2022 kemarin yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir.

Bekerjasama dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagmaaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama berlangsung  di Markaz Syaikh Zayed Kompleks Kampus Al Azhar, Cairo Mesir.  Pidato kunci dengan tema Kebijakan Moderasi Beragama dan Peta Jalan Penguatan Moderasi Beragama.  

“Saya mengapresiasi alumni Timur-Tengah yang terbanyak dari Al Azhar. Sehingga saya menjadi optimis Indonesia kedepan akan damai harmonis dan sejahtera.  Kita tidak meragukan lagi bahwa tadayun alwasati (moderasi beragama) telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa seperti KH Wahid Hasyim.  Namun saat ini kita dihadapkan pada mereka yang minoritas dengan keras dan lantang dalam narasi ekstrem, tetapi kita yang mayoritas cenderung diam.  Sehingga ini menjadi tugas kita bersama secara mayoritas dan para alumni Al Azhar untuk juga keras dalam konteks melakukan konter narasi beragama yang moderat,” ucap Nizar.

Nizar Juga menyampaikan urgensi moderasi beragama yaitu karena saat ini dan kedepan kita dihadapkan pada beberapa tantangan diantaranya berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik beragam yang berlebihan (ekstrem) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan, berikutnya Berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik berpotensi memicu konflik, serta berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbagsa dalam bingkai NKRI.

Untuk itu pentingnya Penguatan Moderasi Beragama dengan ciri-ciri indikator yaitu komitemen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi/budaya lokal. Nizar dalam menutup pidatonya dengan menyatakan bahwa terminologi Moderasi Beragama merupakan cara pandang sikap perilaku beragama dikaitkan dalam konteks kehidupan sosial beragama.
  
Pembicara selanjutnya yang hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag.  Paparan dengan tema “Strategi dan Implementasi Moderasi Beragama”.

“Program moderasi beragama hadir berbasis realitas yang terjadi di sekitar kita dikarenakan munculnya gejala intoleransi dan radikalisme itu nyata.  Hal ini dapat diperkuat dengan hasil litbang dan base on data.   Berdasarkan sebuah penelitian menyatakan beberapa Kampus besar di Indonesia disinyalir terpapar radikalisme.   Tetapi saya tidak yakin di kampus Al Azhar tidak seperti itu.  Saya percaya Kampus Al Azhar selama ini kita kenal sebagai kampus pelopor Islam Moderat dan saya meyakini para mahasiswa sekalian yang hadir disini merupakan calon pemimpin di masa depan dengan pemikiran-pemikian moderat,” tuturnya. 

Saat ini kita dihadapkan pada generasi Z atau generasi internet, yang bercirikan instant, quick respond dan kemampuan melakukan  pekerjaan dalam suatu waktu lebih dari dua.  Situasi pada generasi Z ini merupakan tantangan karena saya melihat proses penananaman cinta tanah air tidak seperti generasi-generasi generasi sebelumnya.

Program pengarusutamaan moderasi beragama telah berlangsung lebih dari setahun.  Sudah saatnya kita bergeser dari moderasi beragama dalam tataran wacana (discourse) ke moderasi beragama dalam aksi (action).  Ketika kita hanya melakukan seminar/diskusi, sementara pengarusutamaan intoleransi dan wacana intoleransi makin kencang dilakukan oleh mereka  melaluli media social seperti Facebook, Twittter, Yoututbe, Tiktok dan lain-lain. 

Nizar meminta untuk melakukan aksi pengarusutamaan moderasi beragama dengan menggunakan medsos yang sampai hari ini dirasa masih tertinggal.  Berdasarkan sebuah survey bahwa media social yang paling digunakan secara efektfi yaitu Tiktok.  Saatnya kita mengisi media social seperti itu dengan narasi isu-usu pengarusutamaan moderasi beragama dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami semua kalangan terutama generasi Z.

Hadir dalam kesempatan acara tersebut, Wakil Duta Besar RI, Muhammad Aji Surya, Staf Ahli Menteri Agama, Prof. Dr. Abu Rokhmad, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat, Dr. Muharam Marzuki, Ph.d dan Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Arfi Hatim, M.Ag. (Adv)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT