Islam Vs LGBT di Piala Dunia 2022 Qatar  

Sabtu 03 Des 2022, 09:43 WIB
Ilustrasi sepak bola. (Freepik)

Ilustrasi sepak bola. (Freepik)

Oleh : Guruh Nara Persada, Wartawan Poskota

 

GEGAP gempita Piala Dunia 2022 Qatar telah berlangsung hampir dua pekan. Berbagai keseruan dan ketegangan serunya pertandingan disuguhkan tim peserta hajatan pesta sepak bola dunia empat tahunan ini.

Namun terlepas serunya pertandingan di lapangan hijau dibalik itu terdapat duel yang tak kalah menarik untuk diperhatikan. Yakni perlawanan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer (LGBTQ) yang merasa didiskriminasi di edisi piala dunia kali ini.

Menyusul dikeluarkannya aturan pelarangan kaum tersebut untuk menunjukkan eksistensinya di ajang tertinggi sepak bola tersebut. Seperti penggunaan simbol-simbol yang melambangkan keberadaan komunitas LGBTQ seperti bendera pelangi sebagai simbol maupun tingkah laku mereka.

 

Pembatasan itu sangatlah wajar. Mengingat Qatar merupakan negara yang menerapkan syariat Islam. Di mana dalam ajarannya, LGBTQ merupakan sesuatu hal yang diharamkan ada di negara itu.

Meski demikian, kenyataannya perlawanan terhadap ketentuan tersebut terus mendapat perlawanan. Bahkan perlawanan bukan hanya dating dari komunitas LGBTQ saja, namun beberapa tim peserta juga melayangkan protes terhadap ketentuan yang berlaku di Qatar.

Tim peserta yang terang-terangan memprotes akan pembatasan LGBTQ ditunjukkan Jerman. Yang dalam sesi foto tim sebelum pertandingan, sebelas pemain tim berjuluk Der Panzer ini melayangkan perlawanan dengan menunjukkan gestur menutup mulut mereka di laga pertamanya di Grup E saat melawan Jepang .

 

Aksi ini sebagai bentuk protes larangan kampanye ‘One Love’ dan berbagai atribut LGBTQ selama turnamen berlangsung.

Tidak sampai disitu, komunitas LGBTQ juga semakin berani menunjukkan eksistensinya mengkampanyekan keberadaan mereka dengan memanfaatkan ajang piala dunia. Saat pertandingan Portugal melawan Uruguay, seorang penonton sambil mengibarkan bendera pelangi nekat menerobos ke tengah lapangan.

Berbagai tekanan dan perlawanan tersebut ternyata cukup membuat pemerintah Qatar gerah. Berbagai langkah alternatif sebagai solusi pun disiapkan agar isu LGBTQ tidak merusak kesuksesan besar negara itu sebagai tuan rumah piala dunia yang diklaim sebagai yang termegah sepanjang sejarah.

Di antaranya dengan memperbolehkan kaum LGBTQ menyaksikan pertandingan dengan berbagai persyaratan. Walaupun sebelumnya Kepala Keamanan Piala Dunia 2022 Qatar, Abdullah Al Nasari secara tegas menyatakan bahwa Qatar tidak akan pindah agama hanya karena piala dunia selama 28 hari dengan memperbolehkan suatu yang dilarang dalam syariat Islam salah satunya LGBT.

 

Berita Terkait
News Update