Obrolan warteg: Ojo Ngajari Bebek Nglangi

Jumat, 2 Desember 2022 06:11 WIB

Share

“Yu, kenapa sih rasa masakan di sini semuanya enak. Sesuai selera banyak orang. Apakah kalau masak menggunakan hati?” tanya Heri kepada Ayu Bahari, pengelola warteg, usai maksi bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Masak itu menggunakan tangan, bukan pakai hati. Sing mboten = mboten mawon ( yang enggak – enggak aja),” kata Yudi menimpali.

“Kata ibu saya, agar rasanya enak, kalau masak itu jangan ngasal. Gunakan penuh perasaan bahwa masakan yang dibuat disajikan untuk orang – orang tersayang. Benar nggak Yu?,” tanya Heri lagi kepada Ayu yang hanya dijawab dengan senyuman.

“Kalian jangan ngajari soal masak. Ayu itu ahlinya, sekolahnya saja jurusan tata boga. Aja ngajari bebek nglangi,” sela mas Bro.

 

“Kalau bebeknya lumpuh perlu diajari nggak, Bro,” kata Heri.

“Tidak perlu, nanti kalau sudah sembuh akan bisa berenang sendiri. Sejak lahir, anak itik sudah bisa berenang, jadi akan sia – sia saja jika mengajarkan anak itik untuk berenang,” kata mas Bro.

“Ngapain nyinggung soal bebek lumpuh, kayak politikus saja. Bebek lumpuh ( lame duck) itu istilah politik, kiasan, bukan arti sebenarnya,” ujar Yudi.

“Maknanya cukup beragam. Dalam politik ada juga istilah bebek pincang, biasanya diarahkan kepada pejabat publik yang tidak mendapat dukungan penuh dari legislatif sehingga menjadi tidak seimbang alias pincang,” tambah mas Bro.

 

Halaman
Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar