ADVERTISEMENT

Politik Beradab

Kamis, 1 Desember 2022 06:40 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Sejak dulu maupun sekarang, rakyat sangat mendambakan suasana aman dan tentram. Guyub rukun dengan sesama, apapun latar belakang aspirasi politiknya.

Ayom, ayem, tentrem. Ayom berarti merasa terayomi, terlindungi dari negara. Ayem adalah perasaan tenang karena sudah mendapat perlindungan dari negara.

Jika sudah terayomi dan merasakan hati yang ayem, maka kehidupan masyarakat akan tentram (menikmati kehidupan dengan situasi yang aman, damai, dan menyenangkan).
Tak ada pertikaian, keributan dan kegaduhan. Hati boleh panas, sepanas suhu politik, tetap kepala tetap dingin untuk berpikir jernih sehingga tidak tumbuh paranoid (rasa curiga) yang berlebihan kepada lawan – lawan politiknya, kepada mereka yang berbeda aspirasi, dukungan. Bahkan, hanya karena perbedaan pendapat.

Sementara kita tahu pada masyarakat yang dipenuhi kecurigaan rentan menghadirkan aksi destruktif (main hakim sendiri) ketika apa yang diyakininya dikoyak – koyak pihak lain.

Di sinilah perlunya perilaku politik yang lebih beradab untuk mengikis habis rasa saling curiga, saling menyerang dan menghakimi tanpa alasan, memberikan stigma tanpa didukung data , seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Seseorang dapat dikatakan beradab, jika memiliki kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti. Terdapat kelembutan dan kehalusan dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari – hari. Di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun.

Ini sejalan dengan makna dari penjabaran butir – butir sila kedua falsafah bangsa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab.

Perilaku yang semakin menunjukkan adanya saling menghargai antar-sesama, semakin mengakui persamaan hak dan derajat masing – masing individu. Menghargai berarti tidak saling mengganggu, tidak menghalang – halangi, dan tidak memaksakan, apalagi jika sampai melakukan kekerasan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain.

Politik beradab adalah perilaku politik yang menebarkan kesantunan, bukan memproduksi kecurigaan. Menghargai perbedaan, bukan mempersoalkan perbedaan. Menghargai eksistensi hak asasi, bukan memprovokasi dan  menghalang – halangi.

Mari kita kelola persaingan politik jelang pilpres secara lebih beradab, bukan untuk biadab. Bersaing secara sehat dan beradab. Tidak  mengkriminalisasi lawan. Kalau kemudian “Menang tanpa ngasorake” – Menang tanpa merendahkan lawan untuk mencegah timbulnya kegaduhan.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT