ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pagi yang cerah di temani suara bising hiruk pikuk truk kontainer melintas terselip keceriaan anak-anak yang tinggal di kolong tol tepatnya di pemukiman kumuh Jakarta Utara menari riang menyambut kelas setiap harinya.
Sri Irianingsih (72) dan Sri Rosyati (72), mendirikan Sekolah Darurat Kartini yang berdiri tahun 1990, tepatnya di Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Sekolah tersebut gratis bagi anak jalanan dan anak marginal yang berusia antara 4-18 tahun.
Naas banyak rintangan yang harus dilalui mereka dalam usahanya untuk terus mempertahankan sekolah, termasuk kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang kala itu dinilai tidak berkeadilan. Sekolah yang berlokasi di pinggiran rel dan kolong jembatan, Kampung Walang, Jakarta Utara itu, sempat berpindah-pindah sebanyak lima kali, akibat terkena gusur pihak Pemprov DKI Jakarta.
"Perjalanan kami cukup panjang 32 tahun, kami ingin anak jalanan dan anak-anak yang ditinggal disekitar sini dengan tingkat sosial rendah dapat menjadi orang berkualitas. dengan mengangkat derajat anak didik kami agar berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat luas". ujar salah satu ibu guru kembar.
Sekolah ini dibagi beberapa kelompok yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK, SD, SMP dalam satu ruangan dengan pembatas hanya kursi-kursi. Selain pendidikan di sekolah, ibu guru kembar juga menekankan pentingnya peran orang tua memberikan pendidikan dan pengetahuan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT