ADVERTISEMENT

Jangan Sebatas Jargon Koalisi

Senin, 21 November 2022 06:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JARGON koalisi demi kepentingan rakyat, perjuangan untuk rakyat, pembangunan buat rakyat, kesejahteraan dan kemakmuran untuk rakyat, bukan sebatas slogan tanpa pembuktian” -Harmoko-
 
Apakah koalisi yang terbentuk sudah final? Jawabnya belum. Koalisi baru disebut final, jika jagonya (capres- cawapres) sudah didaftarkan kepada KPU paling lambat 13 September tahun depan yang kemudian ditetapkan 11 Oktober 2023. Masih ada 10 bulan lagi untuk menguatkan bangunan koalisi, selama tenggat waktu itu pula koalisi yang sudah terbentuk akan menjadi gemuk, terpuruk atau pun ambruk.

Sinyal politik telah diberikan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang akan mengumumkan kandidat capresnya jelang masa pendaftaran. PDIP beberapa kali menetapkan capres pada akhir masa pendaftaran, bahkan injury time.

Segala kemungkinan bisa terjadi, dinamika politik koalisi masih terus bergerak mencari bentuknya yang dirasakan lebih mapan dan nyaman. Mapan karena bergabungnya parpol kuat dan tangguh, terbangunya soliditas untuk memenangkan kontestasi.

Kemapanan itulah yang memberikan kenyamanan, ditambah tak adanya kesangsian lagi soal bagi-bagi kursi kekuasaan di kemudian hari karena telah terjadi adanya kesepahaman (saling pengertian).

Dengan sistem ketatanegaraan yang kita jalani, saya pribadi termasuk yang mendukung bila capres - cawapres diambil dari pimpinan partai koalisi. Mengapa demikian? Karena mereka adalah kader unggulan, sudah berproses sampai mencapai pucuk pimpinan.

Tidak diragukan lagi kualitas dan kapabilitasnya untuk memimpin negeri ini. Apalagi bila memang sudah teruji rekam jejaknya di pemerintahan. Belajar dari pengalaman, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang lalu.

Melalui kolom ini pernah saya sampaikan bahwa bangunan koalisi akan menjadi kokoh dan kuat, setidaknya dengan syarat; Pertama, masing-masing parpol melepaskan ego sektoral, merasa dirinya paling kuat dan hebat, serta banyak peminat. 

Kedua, ada komitmen ataupun kesepahaman mengenai visi dan misi, komitmen yang tinggi mengenai manfaat yang didapat (kompensasi), termasuk bagi-bagi kursi kekuasaan.

Ketiga, dibutuhkan sikap legowo yang dapat dimaknai menerima dengan ikhlas dan sabar terkait masalah yang sedang terjadi. Sikap legowo berari pula, masing-masing parpol yang berkoalisi lebih memilih untuk menerima hal yang tidak sesuai ekspektasi, kemudian menjadikannya sebagai pelajaran untuk masa depan.

Keempat, tak kalah pentingnya dibutuhkan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan dan latar belakang karakter massanya, pendukungnya. 

Halaman

ADVERTISEMENT

Berita Terkait
1 tahun yang lalu
1 tahun yang lalu

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT