Sementara itu keunggulan dari alat ini adalah mudah dibawa kemana-mana karena memang dibuat sangat ringkas. Sehingga memungkinkan alat ini dibawa hingga ke daerah 3T.
"Saat ini alat ini masih prototype dan masih diperlukan uji kelayakan lanjutan agar bisa diproduksi massal. Untuk membuat alat ini diperlukan biaya sekitar Rp 4 juta," tambah Agung.
Selain itu Agung menyebutkan alat ini hanya bisa digunakan untuk pasien dengan kasus skala rendah karena LPM yang dihasilkan alat ini tidak tinggi. Kelebihannya, alat ini mudah dibawa kemana saja untuk menjangkau daerah 3T.
Dalam pembuatan alat ini diperlukan waktu sekitar setahun. Sedangkan untuk prototype awal diperlukan waktu dua bulan saja. Alat ini sudah masuk dalam prototype tiga.
“Alat medis tidak bisa langsung digunakan. Jadi harus dilakukan uji klinis untuk memastikan bahwa alat ini secara standar medis sudah benar. Tapi secara uji laboratorium, alat ini sudah benar. Untuk tahap uji selanjutnya dilakukan oleh badan sertifikasi alat medis tertentu,” tutupnya. (Angga)