Obrolan warteg: Politik Kanan Kiri Oke

Rabu 02 Nov 2022, 06:06 WIB

Semakin banyak mencuat istilah politik. Tentu terkait strategi untuk mencapai tujuan memenangkan pemilu 2024, termasuk pilpres dan pileg. Sebut saja yang sedang diramaikan soal politik identitas. Di luar itu, politik dua kaki sepertinya tidak pernah basi mewarnai dinamika politik dari pilpres ke pilpres.

“Politik dua kaki, berarti kanan kiri oke Bro,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya sambil maksi di warung milik Ayu Bahari.

“Bukannya bermain dengan dua kaki lebih menguntungkan, kalau cuma satu kaki akan pincang, nggak seimbang akhirnya jatuh sebelum sampai tujuan,” celetuk Ayu Bahari.

“Betul Yu, tetapi kenapa ya, politik dua kaki sering dikritisi,” kata Heri.

“Dalam politik perlu memiliki komitmen, ada kepatuhan dengan keputusan partai. Tegak lurus. Kalau parpol mendukung A, para kadernya juga harus mendukung A, tanpa terkecuali,” kata mas Bro.

Sebut saja, parpolnya mendukung Capres A, tetapi sejumlah kadernya mendukung Capres B yang diusung parpol lain. Tetapi dalam dinamika, acap terjadi parpolnya belum menentukan siapa capres yang bakal diusung, tetapi sejumlah organ partai seperti pimpinan DPC/DPW sudah menyatakan dukungannya kepada capres A atau B.

Bisa juga parpol secara resmi mengajukan capres A, tetapi di balik layar memberi dukungan penuh kepada capres B untuk maju. Jadi, siapa pun nantinya yang terpilih, parpol masih tetap memiliki saham kemenangan. Kalau yang menang A sahamnya mayoritas, jika B, lebih kecil, setidaknya sebagai mitra di kabinet, bukan oposisi.  Ini salah satu bentuk politik kanan kiri oke (dua kaki).

“Namanya usaha sah – sah saja dong Bro,” tanya Heri.

“Iya sih, cuma dinilai tidak memiliki garis politik yang tegas,” ujar mas Bro.

“Kan kita mencari kawan, bukan lawan,” tanya Heri.

“Konon, dalam politik tak ada musuh atau kawan sejati. Yang ada kepentingan,” ujar mas Bro. ( jokles).

Berita Terkait

News Update