JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pihak berwenang Iran menyebut penembakan mematikan di sebuah situs suci Muslim Syiah di Shiraz sebagai 'serangan teroris' yang menewaskan sedikitnya 15 orang.
Presiden Iran, Ibrahim Raisi telah menekankan bahwa penembakan yang diklaim oleh militan Negara Islam (ISIS) tidak akan dibiarkan begitu saja.
Penembakan maut itu terjadi saat ketegangan meletus di Iran atas protes tewasnya seorang wanita muda berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini, menurut laporan Reuters, Kamis (27 Oktober 2022).
Penembakan mematikan di kuil Shahcherag di Shiraz terjadi pada hari yang sama ketika pasukan keamanan Iran semakin menindak para demonstran yang menandai peringatan 40 tahun kepergian dari Amini.
Media pemerintah menyalahkan penembakan itu pada 'teroris takfiri' sebagaimana militan Sunni seperti ISIS menyebut mereka.
Sebelum Negara Iran mengklaim bertanggung jawab, Menteri Dalam Negeri Iran, Ahmed Wahidi mengatakan gelombang demonstrasi yang melanda Iran membuka jalan bagi serangan terhadap masjid.
Presiden Iran Ibrahim Raisi mengatakan negaranya tidak akan tinggal diam dan serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja.
"Pengalaman telah menunjukkan bahwa musuh-musuh Iran telah gagal menabur perpecahan di barisan persatuan nasional, membalas melalui kekerasan dan teror," kata Raisi sebelum ISIS mengaku bertanggung jawab.
"Kejahatan ini pasti tidak akan dijawab, dan aparat keamanan serta penegak hukum akan memberi pelajaran kepada mereka yang merancang dan melakukan serangan itu," kata Raisi.
Sebagai referensi, sebuah masjid Islam Syiah di Shiraz, Iran selatan, diserang oleh tiga pria bersenjata.
Serangan itu menyebabkan 15 orang tewas dan 40 lainnya luka-luka.