Fernando EMas mengakui, isu kepemilikan ijazah palsu ini memiliki syarat politik menuju kontestasi Pilpres 2024. Pasalnya, Presiden Jokowi memiliki kans besar dalam menentukan siapa figur yang layak menggantikannya untuk melanjutkan program-program kerja yang belum terselesaikan.
“Tentunya mereka nggak mau bahwa Pak Jokowi itu bisa menentukan arah politik yang benar-benar bisa melanjutkan kepemimpinan beliau di 2024. Begini, saya melihat bukan untuk melindungi Pak Jokowi dari kepemimpinan di masa yang sekarang ini, tetapi untuk melanjutkan kepemimpinan beliau jadi harus ada jaminan bahwa kepemimpinan pembangunan yang sudah dilakukan itu harus berlanjut,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Fernando EMas menyadari betul posisi Presiden Jokowi saat ini sangat menentukan figur presiden selanjutnya, hingga para lawan politik ini terus melakukan cara untuk menjatuhkan Presiden dengan cara menyebar isu kepemilikan ijazah palsu.
“Jadi mereka ini mencoba untuk membuat cara-cara untuk menekan Pak Jokowi, menjatuhkan Pak Jokowi tetapi saya yakin tidak akan berhasil, karena saya yakin kepemimpinan Pak Jokowi akan berhasil dan akan tetap berlanjut sampai menyelesaikan kepemimpinannya di 2024,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri reuni akbar Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) 2018. Acara tersebut digelar di Jakarta Convention Center, Sabtu, 22 September 2018.
Selain berbagi kenangan, pada acara reuni itu teman-teman kuliah Jokowi juga berbagi cerita seputar wisuda mereka pada November 1985 dan kegiatan organisasi pecinta alam Silvagama, seperti pendakian Gunung Kerinci di Sumatra Barat. Meski sama-sama masuk pada 1980, waktu wisuda teman satu angkatan itu berbeda bulan, karena tergantung kelulusan.
Ketua Silvagama di era itu, Robertus Sugito, turut hadir bertemu Jokowi di Yogyakarta. Sugito menyebut, sejumlah teman satu angkatan memang sedang berada di Yogyakarta, dan sepakat bertemu.
“Cuma ngobrol-ngobrol ringan saja. Beliau kelihatan santai-santai saja menyikapi isu ijazah palsu,” kata Sugito
Meski cenderung tidak banyak berkomentar soal tuduhan yang berulang-ulang ini, Sugito mengaku sejumlah kawan kuliah Jokowi juga jengkel.
Teman kuliah yang lain, Bambang, mengulik kisah perjalanan mereka ke Gunung Kerinci.
“Mau metik edelweis dilarang. Ngapain Mas Bambang, nikmati saja, kalau dibawa pulang Mas Bambang, nanti jadi sampah. Ingat saya, enggak jadi bawa edelweis itu. Padahal kenangan orang kalau naik gunung itu bawa edelweis,” kata Bambang. (*)