SUDAH lewat tengah hari hujan yang mengguyur di kawasan komplek perumahan Nurdin tak kunjung reda apalagi berhenti. Guyuran air yang jatuh dari langit itu justru semakin deras.
Alhasil, rembesan air mulai menetes masuk ke dalam rumah Nurdin melalui lubang kecil asbes atap rumah di bagian dapur dan ruang tengah rumah Nurdin.
Nurdin berteriak memanggil Erna, istrinya untuk mengambil ember atau benda lain buat menampung air yang masuk dari atap rumah. Setidaknya ada lima titik atap yang bocor di rumah pasangan suami istri itu.
Persoalan kemunculan air tak cuma terjadi di dalam rumah. Begitu melongok ke luar, Erna melihat air hujan mulai menggenang di teras halaman dan terlihat semakin tinggi.
“Mungkin lagi nunggu antrian masuk ke dalam tanah bu airnya, sabar bentar juga surut,” kata Nurdin mencoba menenangkan sang istri yang mulai terlihat panik, khawatir air masuk ke dalam. Mendengar penjelasan suaminya, Erna semakin jengkel. Sambil membuang air yang mulai masuk pakai serokan sampah, ia membalas ucapan suaminya.
“Emangnya sembako, pake diantri . Udah pak jangan ngomong aja sini bantuin kayanya tanahnya udah ga sanggup nampung antrian air nih,” teriak Erna sambil menunjukkan aliran air banjir yang mulai menggenangi ruang tamu.
Sambil menggulung celana panjangnya, Nurdin bergegas ke ruang tamu membantu istrinya yang terlihat sudah kepayahan menghadapi air banjir. “Mudah mudahan aja bu persoalan banjir bisa diatasi sama pimpinan yang baru,” tutur Nurdin kembali mencoba membuat tenang sang istri. (yahya)