ADVERTISEMENT
Kesaksian Aremania yang Hampir Tewas Saat Tragedi Kanjuruhan: Saya Enggak Sadar, Kejang, Mata Saya Putih
Rabu, 5 Oktober 2022 20:54 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, nakes yang menangani Reza menolak karena harus ada pertolongan pertama terlebih dahulu. Nakses itu menjelaskan bahwa jika Reza langsung dibawa ke IGD, ia berisiko meninggal di perjalanan.
“Sadarnya saya sudah ada di tim medis di sekitar area stadion. Dia membantu saya memberikan oksigen sekaligus memompa dada saya secara manual, enggak pakai alat. Itu saya masih belum sadar, sampai diguyur masih belum sadar. Terus teman saya bisa ‘ayo bawa ke IGD’. (Kata nakes) 'Jangan mas ini harus ada penanganan utama dari tim medis dulu, takutnya di perjalanan meninggal' karena dilihat denyut nadi saya masih ada waktu itu,” ujar Reza.
Reza pun beranggapan bahwa penyebabnya tidak sadarkan diri adalah karena terlalu banyak terpapar gas air mata.
“Jadi diusahakan sebisa mungkin sampai saya tuh akhirnya merespon. Badan saya merespon dengan batuk yang terasa perih, tapi napas masih tersendat. Saya baru bisa napas kalau kepala saya di ke-ataskan dan itu murni karena gas air mata, terlalu banyak sudah (terkena),” sambung Reza.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Malam derby Jawa Timur itu berakhir kelam usai pecah kerusuhan yang menewaskan ratusan korban.
Diketahui menurut laporan Polri per tanggal 3 Oktober, korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan berjumlah 125 orang, dan 323 luka-luka. Namun, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menyebut korban tewas di datanya berjumlah 131 orang. Adapun 33 dari korban tewas tersebut merupakan anak-anak. (*)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT