ADVERTISEMENT

Tragedi Kanjuruhan Malang, Duka untuk Kita Semua

Senin, 3 Oktober 2022 07:06 WIB

Share
Detik-detik sebelum terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. (Foto: Tangkaoan layar video.)
Detik-detik sebelum terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. (Foto: Tangkaoan layar video.)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Sabtu malam (1 Oktober 2022) benar – benar menjadi malam Minggu yang kelabu. Bukan hanya dunia sepakbola yang berduka, tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 174 orang, hingga Minggu siang (2 Oktober 2022), menjadi duka bagi kita semua, bangsa Indonesia.

Dalam hitungan jam pasca kerusuhan, begitu banyak bertambah jumlah korban yang meninggal dunia. Masyarakat awam pun bertanya – tanya, apa gerangan yang terjadi, kerusuhan yang tidak diwarnai bentrok antar- suporter, tanpa aksi kekerasan  dengan senjata tajam antar-penonton di dalam stadion, tetapi jumlah korban begitu memilukan.

Korban tewas karena berdesakan, terinjak – injak dan sesak nafas akibat gas air mata ketika berebut keluar melalui satu pintu stadion.

 

Ketika ditanya siapa paling bertanggung jawab? Jawabnya tidak bisa menunjuk salah satu pihak. Semua pihak yang terlibat dalam laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya sebagai rangkaian Liga 1 2022- 2023, hendaknya ikut bertanggung jawab. Cukup banyak jika dirinci, tetapi setidaknya panitia Liga, PSSI, pihak tuan rumah, petugas pengamanan internal, jajaran Polda Jatim, dengan kesadaran tinggi perlu mengevaluasi diri.

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, bukan untuk mencari – cari kesalahan ataupun saling menyalahkan, tetapi mencari akar masalah yang sebenarnya, kemudian mencarikan solusi agar tragedi serupa tidak terulang lagi.

Di sinilah perlunya semua pihak legowo membuka diri menguak peristiwa yang terjadi, bukan menutup diri dengan mencari pembenaran sebagaimana argumentasi yang disajikan. Bukan pula menyembunyikan fakta tentang kebenaran ataupun kekeliruan.

ru

Tak perlu terlebih dahulu berprasangka buruk dengan menunjuk satu atau dua institusi sebelum tim tuntas mengusut tragedi kemanusiaan yang begitu viral tak hanya di dalam negeri, juga menjadi perhatian dunia. Tak perlu juga mewacanakan, misalnya seseorang patut mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya.

Peristiwa di Stadion Kanjuruhan ini cukup tragis, merupakan bencana sepakbola terbesar kedua di dunia. Pada tahun 1964, sebanyak 328 orang meninggal dunia di Stadion Estadio Nacional di Lima, Peru dalam pertandingan antara Peru melawan Argentina. Juga setelah polisi menembakkan gas air mata yang menyebabkan eksodus massal.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT