Mereka berlarian dengan tidak mempedulikan sesama suporter lain hingga terjadi injak menginjak sesama suporter yang ingin menyelamatkan diri.
Gas air mata benar-benar membuat panik para penonton, untuk menyelamatkan diri, karena mengalami sesak nafas.
Bahkan dalam cuitan netizenpun menyebut jika ada orang tua yang kehilangan balita lantara situasi panik tak terkendali karena semua ingin selamat dari gas air mata.
Selanjutnya kerusuhan pun kemudian terjadi baik di dalam lapangan stadion maupun di luar stadion.
Hingga Minggu (2/10/2022) pukul 03.00 WIB dini Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta menggelar keterangan pers di Mapolres Malangkota.
Kapolda mengatakan pihaknya melakukan penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena suporter anarkis dan membahayakan keselamatan pemain dan official.
Menurut Kapolda karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar.
"Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," kata Nico dikutip dari Antara.
Dalam kejadian ini telah meninggal dunia 127 orang, dua di antaranya anggota Polri.
Sementara 34 orang meninggal di stadion, sisanya di rumah sakit saat upaya pertolomgan.
Hingga saat ini menurut Kapolda masih ada 180 orang yang dalam proses perawatan.
Selain korban jiwa, Kapolda Nico menambahkan, terdapat korban materil sebanyak 13 mobil dirusak oleh massa suporter.