ADVERTISEMENT

Kapolda Jatim dan Kapolres Malang Gagal Cegah Kericuhan di Kanjuruhan, Habib Syakur: Mereka Harus Mundur

Minggu, 2 Oktober 2022 22:20 WIB

Share
Kolase foto Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta dan Kapolres Malang AKBP Firli Hidayat. (Foto: Diolah dari Google).
Kolase foto Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta dan Kapolres Malang AKBP Firli Hidayat. (Foto: Diolah dari Google).

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dinilai gagal mencegah terjadinya kericuhan massa di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya berakhir. Mereka pun didesak mundur dari jabatannya.

Tuntutan itu datang dari Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid. Menurut Syakur, baik Nico maupun Ferli, gagal dalam menerapkan sistem deteksi dini terhadap potensi kerusuhan yang ditimbulkan Aremania akibat tim idola mereka kalah dari Persebaya Surabaya.

"Sebaiknya Kapolda Jatim dengan penuh kesadaran mundur dari jabatannya, begitu pula Kapolres Malang. Tragedi ini sudah membikin malu kita bahkan viral diluar negeri," kata Syakur dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).

Alasan yang menguatkan kedua pejabat polisi itu mundur adalah karena berita tragedi Kanjuruhan kadung tersebar ke luar negeri. Kabar ini lantas dinilai Syakur menjadi aib bagi Indonesia di dunia sepakbola internasional.

Beberapa media internasional seperti Reuters, BBC, CNBC bahkan Al-Jazeera juga ikut menyorot insiden maut di Stadion Kanjuruhan ketika pertandingan antara Arema FC dan Persebaya berakhir ricuh.

Bahkan media internasional tersebut terkesan mencitrakan bahwa dunia sepak bola di Indonesia penuh dengan kekerasan dan ketidak ramahan.

"Tragedi ini sudah sampai ke penjuru dunia dan memalukan citra kita sebagai bangsa yang beradab. Apa pemerintah tidak mau menanganinya secara serius agar kejadian serupa tak terulang?" Paparnya.

Belum lagi, kata Syakur, nyawa yang melayang akibat kerusuhan tersebut mencapai lebih dari 170 orang. Syakur mengatakan insiden ini adalah tragedi nasional yang memukul citra sepak bola Indonesia.

"Citra kita sebagai bangsa yang beradab bisa berubah karena tragedi ini. Bayangkan, ada ratusan orang meninggal dunia. Dan yang meninggal itu justru penonton yang tak bersalah!," katanya.

Syakur meminta agar pemerintah tidak hanya menyampaikan ucapan duka cita atau ucapan manis lainnya. Ia meminta agar ada tindakan tegas terhadap provokator bahkan pihak panitia dan aparat yang dianggap tidak mengetahui mekanisme untuk menjaga keamanan stadion.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT