ADVERTISEMENT
Minggu, 2 Oktober 2022 07:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
BALI, POSKOTA.CO.ID - Dunia saat ini menghadapi tantangan yang kompleks sehingga mengakibatkan guncangan dan penurunan ekonomi.
Tantangan tersebut di antaranya adalah konflik dan perang, keadaan darurat kemanusiaan, dampak krisis iklim, dan pandemi COVID-19.
Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Food and Agriculture Organization (FAO) Qu Dongyu.
Permasalahan ini ternyata tumpang tindih dengan sejumlah isu sosial lainnya. Seperti kelaparan, kerawanan pangan, dan kekurangan gizi yang terus-menerus. Bahkan memburuk selama beberapa bulan dan tahun terakhir.
Data FAO menunjukkan terdapat 828 juta orang yang mengalami kelaparan pada 2021. Jumlah itu 46 juta orang lebih banyak dari 2020, dan 150 juta lebih banyak dari 2019.
“Secara global kesenjangan antara perempuan dan laki-laki meningkat. Dengan 150 juta lebih banyak perempuan yang rawan pangan daripada laki-laki,” kata Qu Dongyu seperti dikutip dari VOA pada Rabu (28/9/2022).
Dia melanjutkan,”Kita perlu menanggapi secara kolektif dan efektif tantangan global dan regional ini. Kita harus bekerja sama untuk membuat sistem pangan pertanian kita lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan.”
Qu Dongyu berpidato dalam Pertemuan Menteri Pertanian G20 di Bali yang mengambil tema besar “Peran Transformasi Digital dalam Percepatan Kewirausahaan Perempuan dan Pemuda”.
Dia menyebutkan digitalisasi akan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sistem pangan pertanian secara inklusif.
“Transformasi digital membuka peluang penting untuk mempercepat peluang bisnis perempuan dan pemuda di seluruh sistem pangan pertanian, untuk mengambil langkah nyata untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT