ADVERTISEMENT

Bagaimana Masa Depan Persemakmuran Pasca Ratu Elizabeth II?

Rabu, 21 September 2022 12:00 WIB

Share
Bendera Persemakmuran
Bendera Persemakmuran

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Charles mengatakan waktunya telah tiba bagi Persemakmuran untuk berbicara tentang perbudakan. Namun baik dia maupun orang lain tidak menjelaskan bagaimana masalah tersebut akan berhasil, apa yang ingin dicapai, dan apakah hal itu akan mengatasi masalah ganti rugi.

Seruan agar Inggris membayar ganti rugi atas perannya dalam perdagangan budak semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir terutama di Karibia. Beberapa negara mengatakan Persemakmuran bisa menjadi forum yang berguna untuk membahas masalah krusial yang dianggap sangat memecah belah persatuan di antara mereka.

"Hanya karena orang takut tentang di mana debat akan berakhir, tidak berarti kita tidak boleh terlibat di dalamnya," tutur mantan Menteri dan Diplomat Inggris Valerie Amos. Dia sekarang kepala perguruan tinggi Oxford, lahir di Guyana, salah satu anggota Persemakmuran.

Namun sejauh ini tidak ada tanda-tanda bahwa organisasi tersebut bersiap untuk melakukan dialog terstruktur dan substantif tentang masalah ini.

Daya Tarik Persemakmuran

Sekretaris Jenderal Persemakmuran Patricia Scotland menekankan mengenai daya tarik organisasi di luar lingkaran bekas koloni Inggris. Daya tarik tersebut membuat dua negara bekas koloni Prancis, Togo dan Gabon, memilih bergabung dengan Persemakmuran.

"Ada lebih banyak negara yang mendaftar saat ini. Jadi saya pikir Ratu telah meninggalkan Persemakmuran kami dalam kondisi yang baik," ungkap Patricia Scotland dalam wawancara dengan Reuters.

Persemakmuran saat ini cenderung mengedepankan isu-isu seperti perdagangan, perubahan iklim, dan hak asasi manusia. Namun para kritikus mengatakan bahwa organisasi tersebut berjuang untuk membuat banyak dampak di bidang-bidang tersebut karena badan-badan internasional lainnya memiliki kekuatan dan mandat yang lebih spesifik.

Beberapa pengamat memperingatkan bahwa, tanpa ratu yang dapat menyedot fokus dan persatuan, Persemakmuran akan berisiko memudar menjadi tidak relevan. Apalagi jika ternyata kehadiran mereka dapat meningkatkan kehidupan warganya.

Sementara Valerie Amos memandang Persemakmuran sebagai hal yang positif karena menjadi wadah perkumpulan para pemimpin dan warga negara dari negara yang berbeda. Baik itu besar atau kecil, kaya atau miskin, untuk dapat bertemu dan berbicara pada pijakan yang sama. ***

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT