Bagaimana Masa Depan Persemakmuran Pasca Ratu Elizabeth II?

Rabu, 21 September 2022 12:00 WIB

Share
Bendera Persemakmuran
Bendera Persemakmuran

Dedikasi dan umur panjang Elizabeth memberi banyak arti bagi organisasi tersebut. Kehadiran Ratu di acara-acara Persemakmuran berhasil menyedot perhatian para kepala negara dan pemerintahan serta memberikan pengaruh diplomatik.​

Kini usai Ratu mangkat maka tongkat estafet kerajaan diserahkan kepada putranya, Raja Charles, seperti yang dia harapkan dan seperti yang disepakati oleh para pemimpin Persemakmuran pada 2018. Namun untuk melangkah dan meraih hati para anggota Persemakmuran yang Ratu lakukan tidak akan mudah bagi raja baru yang notabene dianggap kurang popular dibanding ibunya.

Beberapa menteri dari negara di wilayah Karibia mempertanyakan mengapa Charles harus menggantikan Ratu Elizabeth sebagai kepala Persemakmuran. Mereka menggarisbawahi bahwa raja Inggris tidak secara serta merta menjadi pemimpinnya.

Mereka beranggapan jika hal itu terjadi maka berbau kolonial sebagaimana terjadi di era kekaisaran. Pada saat itu negara-negara koloni Inggris diharapkan menyatakan kesetiaannya terhadap satu raja ke raja berikutnya.​

Beberapa pengamat menilai bahwa pertanyaan tentang warisan kolonial diperdebatkan dengan hangat di Karibia dan di beberapa bagian masyarakat Inggris lainnya. Hal ini merupakan ketegangan mendasar yang banyak terjadi di negara-negara Persemakmuran.

"Ya, Ratu adalah simbol yang kuat," ucap Profesor Studi Bahasa Inggris dan Afrika di Universitas Northeastern di Boston di Amerika Serikat Nicole Aljoe.

"Beliau juga simbol yang kuat tidak hanya dari hal-hal baik tetapi juga hal-hal buruk yang disebabkan Kerajaan Inggris," lanjut Nicole Aljoe yang lahir di Jamaika.

Beberapa suara di Persemakmuran menyerukan untuk mempertimbangkan kembali sejarah tersebut. Charles sendiri sebelumnya tampil cukup mengejutkan dengan mengangkat soal perbudakan pada pertemuan puncak kepala negara dan pemerintahan terbarunya di Rwanda pada Juni 2022.​

"Saya ingin mengakui bahwa akar dari asosiasi kontemporer yang kita miliki saat ini berasal dari dalam periode paling menyakitkan dalam sejarah kita," katanya.

Dia mengungkapkan kesedihannya secara personal atas luka yang akibat perbudakan.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar