"Korban diduga meninggal dunia karena luka bakar dan kekurangan oksigen. Anggota (Damkar) baru mendapat laporan dari warga pukul 04.15 WIB saat api sudah dipadamkan warga," tuturnya.
Luka Bakar 70 Persen
Sementara itu, adik Syaiful, Feri mengatakan, menjelang malam, Tiana dan SSA yang sempat dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjalani perawatan lebih lanjut akhirnya tak tertolong.
"Kondisi istri dan anaknya itu lukanya (bakar) 70 persen. Lukanya itu di bagian punggung, telinga, muka, kaki, tangan," kata Feri.
Feri menambahkan, untuk kakaknya, meninggal dunia karena luka berat sebenarnya masih dalam keadaan sadar ketika tiba di RSU Adhyaksa, tapi dia meninggal di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Kakak saya luka (bakar) di bagian punggung. Kalau (badannya) enggak, karena posisi saat itu melindungi istri dan anaknya. Almarhum orang baik, warga juga bilang almarhum baik," ujar Feri.
Dikatakan Feri, kakaknya yang merupakan pegawai Perusahaan Gas Negara (PGN) bercita-cita membangun sebuah pesantren. Namun hal itu tak akan terwujud karena musibah yang dialaminya.
"Dia sudah beli tanah di daerah Cileungsi (Kabupaten Bogor). Dia inginnya kalau ada rezeki lagi mau membangun Pesantren untuk penghafal Al-Quran," sambungnya.
Semasa hidup, Syaiful dikenal sebagai sosok yang baik, humoris, dan bertanggungjawab. Bahkan saat awal tiba di RS Adhyaksa, Syaiful yang dalam keadaan sadar lebih memikirkan nasib putranya ketimbang diri sendiri meski juga mengalami luka bakar berat dan sesak menghirup asap.
"Kakak saya di rumah sakit sempat berontak karena enggak mau diturunkan di Adhyaksa. Dia ingin ketemu anaknya dulu, karena dia sayang banget sama anaknya," tukasnya.