Kritikan di Tengah Pujian

Senin 12 Sep 2022, 06:00 WIB

Memang, kritikan itu pahit, kadang menyakitkan, tetapi mendidik jiwa jika diterima dengan baik. Sementara, pujian itu manis tetapi merusak hati jika diterima dengan angkuh. Tanpa pengendalian diri, pujian bisa menyesatkan.

Lebih-lebih pujian yang berujung memunculkan ide mengubah undang-undang seperti perpanjangan masa jabatan presiden ataupun presiden tiga periode yang hingga kini belum hilang disuarakan.

Kini, kritikan mendominasi di tengah pujian keberhasilan. Ada baiknya menerima kritikan sebagai pemacu motivasi. Sebagai "obat kuat" penambah semangat memperbaiki diri meraih prestasi lebih baik lagi tanpa berharap pujian.

Tak perlu cemas, siapa yang mengkritik, apa pula yang dikritik, tetapi lebih baik introspeksi mengapa mereka menyampaikan kritik. Sadar diri menerima kritikan, tanpa melihat siapa yang menyampaikan, tetapi apa yang disampaikan. Lebih-lebih menyangkut kepentingan bangsa dan negara, hajat hidup orang banyak. Itulah pitutur para pendiri negeri.

Pepatah mengatakan “Sukeng tyas yen den hita” –bersedia menerima nasihat (saran dan kritikan). Pesan moral yang hendak disampaikan bahwa pribadi yang berjiwa besar dan lapang dada adalah bersedia menerima kebenaran yang datangnya dari siapapun. Tanpa memandang sebelah mata, apakah pejabat, orang kaya atau melarat sekalipun.

Lagi pula, jika tidak mau dikritik, jangan lakukan apa pun, tidak berkata apa pun dan tidak menjadi apa pun. Tidak perlu menjadi pejabat.Tidak perlu lagi ikut kontestasi sebagai capres, gubernur, bupati/walikota.

Mari membangun kritik dengan penuh etika demi kemajuan bangsa mewujudkan cita - citanya, bukan memundurkan, apalagi menghancurkan. (Azisoko)

Berita Terkait

Jebakan Politik

Senin 19 Sep 2022, 06:00 WIB
undefined

Komitmen Nasional

Senin 26 Sep 2022, 06:00 WIB
undefined
News Update