Menghamili ABG Tetangga si Kakek Mencoba Harakiri

Jumat, 9 September 2022 07:05 WIB

Share

Mbah Maruto, 61, bukan orang Jepang, melainkan orang Wonogiri (Jateng). Tapi ketika dibelit problem berat dia mencoba berharakiri. Mbah Maruto nekad tusuk perut sendiri karena telah bikin besar perut ABG tetangga, Karsini, 16. Dia siap tanggungjawab, tapi keluarga tetap melapor ke Polsek Baturetno. “Ya wis, mati wae akulah…” kata siembah putus asa.

Hidup tanpa pendamping lebih tahan si janda ketimbang si duda. Banyak wanita setelah menjanda memilih hidup menyendiri sampai wafat (begitu kata wartawan sekarang) nanti. Tapi si duda, kuburan istri masih juga merah tanahnya, sudah kalang kabut cari istri baru. Sebab dia tak tahan berbulan-bulan tak “ngetap olie”. Bahkan ada lho, begitu bini wafat (yang bener meninggal), langsung kawin lagi sampai dua biji. Rupanya dia kaulan!

Mbah Maruto warga Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri, salah satu kakek yang tak tahan hidup menduda. Padahal ditilik dari umur, Mbah Maruto mestinya sudah mulai “mungkur kadonyan” (menjauhi duniawi). Tapi bagaimana lagi, udara dingin daerah Wonogiri semakin terasa sejak tak ada istri.

Sebetulnya ada sejumlah tokoh alternative yang ditaksir Mbah Maruto, tapi dia kurang pede untuk mendeklarasikan cintanya. Takut ditolak mentah-mentah oleh sijanda. Soalnya Mbah Maruto ini hanya banyak umur bukan banyak harta. Kalau dirinya seorang duren (duda keren) niscaya banyak janda yang masuk waiting list.

Mbah Maruto ini meski sudah manula, hasratnya akan perempuan masih tinggi juga. Maka setelah beberapa tahun “berpuasa”,  benteng pertahanannya jebol. Yang janda susah dijangkau, ABG pun jadilah. Disebut gaplek nang krikilan tuwek-tuwek pethakilan, ya biarin! Yang penting pelan  tapi pasti dia mulai mendekati Karsini yang duduk di SMA kelas I.

            Kakek yang sudah kenyang makan garam dan tempe benguk ini, tak langsung to the point menyampaikan aspirasinya. Dia hanya mengajak ngobrol-ngobrol biasa antar tetangga, lalu diajak jajan dan diberi sedikit uang. Lama-lama Karsini jinak juga jadinya, sehingga sekali waktu ketika diajak melayani hubungan intim bak suami istri, ABG itu tak bisa menolak. “Tapi kecepatan 20 Km/jam saja ya mbah.” Kata Karsini seperti mau naik KA Batara Kresna Wonogiri - Purwosari saja.

Entah berapa kali Mbah Maruto “ngetap olie” bersama Karsini, tahu-tahu si ABG hamil. Ketika ditanya siapa yang “nyetrom”, gadis tanggung itu langsung sebut nama: Mbah Maruto. Gegerlah wara desa itu, sehingga Mbah Maruto jadi bahan olok-olokan warga. “Masih kiyat ta Mbah? Kata orang yang meledeknya. Lalu teman yang lain menimpali, “Lha ya gliyak-gliyak ta le…..!”

Mbah Maruto dipernalukan gara-gara soal perempun. Pak Kades segera menyidangkan, dan si kakekgenit ini siap tanggungjawab. Tapi keluarga Karsini menolak, sehingga tetap mlapor ke Polsek Baturetno. Mbah Maruto merasa putus asa, karena niat baiknya ditolak. Dia lalu minta izin ke sidang untuk pulang dulu dengan alasan ganti baju.

Benarkah dia ganti baju? Ternyata itu hanya alasan. Dia sekarang merasa taka da gunanya hidup. Kalau di Jepang, malu luar biasa orang bisa bunuh diri dengan cara hara-kiri. Mbah Maruto pun mau meniru “saudara tua” itu. Pisau dapur yang telah diasah, langsung saja ditusukkan ke perutnya, blesss…….dan ambruklah Mbah Maruto.

Sidang di balai desa lama menunggu kok Mbah Maruto tak kunjung balik, jadi curiga. Lalu ada yang menyusul ke rumah, ternyata kosong. Tapi di kebun belakang rumah ditemukan Mbah Maruto terkapar dengan perut berdarah-darah. Dia segera dilarikan ke RSUD Wonogiri.

Halaman
Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar