Oleh: Cahyono, Wartawan Poskota
KASUS kematian Brigadir J yang didalangi Irjen Ferdy Sambo menggemparkan tanah air. Tragedi pembunuhan berencana terhadap ajudan polisinya polisi itu sangat disorot oleh masyarakat. Bagaimana tidak, Polisi yang hakekatnya membasmi kejahatan malah berbuat jahat.
Semua berita yang berhubungan dengan Ferdy Sambo diburu oleh pembaca. Tak hanya terkait kasus pembunuhan berencana terhadap ajudannya saja. Namun, berita tentang gaya hidup, keluarga sampai dugaan kekaisaran Sambo di institusi Polri begitu laris di masyarakat.
Beragam opini pun muncul. Para pengamat dan politisi sampai pensiunan jenderal pun ikut berbicara. Kan lumayan bisa dapat panggung. Tak ketinggalan, netizen yang maha benar begitu keji mengomentari kasus Sambo.
Saking derasnya pemberitaan negatif, Kak Seto yang tak lagi muda pun bak seorang pahlawan turun gunung melindungi anak si jenderal. Padahal di luar sana banyak anak-anak yang membutuhkan uluran tangan Kak Seto.
Di dalam penjara, mungkin Ferdy Sambo menangis sesenggukan membaca pemberitaan tentangnya yang begitu deras. Itu juga kalau benar dia di dalam penjara.
Namun, beberapa hari ini, sedikit demi sedikit berita Ferdy Sambo mulai menurun karena kenaikan harga BBM. Media dan pembaca mulai sedikit bergeser dari Ferdy Sambo. Demo buruh dan mahasiswa ada di mana-mana menolak kenaikan harga BBM menghiasi berita koran dan media elektronik.
Politisi dan pengamat pun mulai mencari panggung dari berita kenaikan harga BBM. Netizen tak lagi memaki Ferdy Sambo. Kini bergeser memaki-maki Jokowi karena kebijakan menaikan harga BBM.
Bisa jadi karena trafik penurunan makian dan berita negatif tentangnya, Ferdy Sambo sedikit bisa tersenyum. Di saat orang lain pusing memikirkan kenaikan harga BBM, beban pikiran Ferdy Sambo malah sedikit plong dibuatnya.
Terimakasih lah pada Jokowi kau Ferdy Sambo. (*)