ADVERTISEMENT

Tetangga Minta Air Melulu Suami Khawatir Bini 'Diairi'

Senin, 5 September 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MASA sih, tetangga minta air saja nggak boleh? Tapi Harun (33), mencium motif lain. Sebab Farid (35), minta air pada istrinya hanya ketika dirinya sibuk di kebun. Diapun khawatir bini “diairi” juga di ranjang. Cekcok antar tetangga terjadi sampai saling bacok. Tapi nahas bagi Harun, bacokan parang Farid telak dan diapun wasalam.

Sebetulnya buat orang kampung, minta air dan api pada tetangga hal lumrah. Karena tak punya sumur sendiri, selalu minta air ke sumur tetangga. Banyak juga keluarga yang masak pakai kayu, cari bara ke rumah tetangga yang tak pernah telat masak air buat bikin minuman. Tapi itu duluuuu, jaman sekarang di mana-mana masak sudah pakai kompor gas, dan setiap rumah punya Sanyo, masihkah ada tetangga minta api dan minta air?

Jawabnya, masih! Ini dilakukan oleh Farid, warga Abab Pematang Ilir, OKI, Sumsel. Meski listrik sudah masuk desa, dia belum mampu pasang Sanyo atau jetpump, tapi masih nebeng di sumur tetangganya, Harun. Ini sumur lama warisan keluarga. Karena cukup dalam airnya tak pernah kekurangan. Beda dengan sumur resapan di Jakarta. Dalamya hanya 3 meteran, tapi dipasang di jalan-jalan.

Sebetulnya Harun ya tak keberatan dia sering minta air ke rumah. Yang dia tidak suka, Farid ini minta air beraninya hanya pada Fatma, 25, istri Harun. Jika Harun berada di kebon menggarap lahan, barulah Farid minta air, menimba sendiri tentunya, kemudian dimuat pakai gerobak. Berapa gerobak dia mengambil air, takkan rugi Harun, karena sumur itu terus ngetuk (mengeluarkan air) siang malam, tak peduli hari Minggu dan hari besar.

Yang menjadi masalah, ada isyu dan selentingan, Farid minta air itu hanya motif saja. Aslinya, ada agenda tersembunyi. Kata isyu itu, Farid naksir pada Fatma istri. Oleh karenanya dia minta air selalu menunggu Harun tak ada di rumah. “Memangnya saya Harun Masiku, bertahun-tahun tak ada di rumah karena ngilang terus.” Kata Harun petani yang tak pernah mimpi jadi anggota DPR.

Untuk mencari tahu kebenaran isyu tersebut, Harun mempertanyakan pada istrinya soal kunjungan rutin Farid. Soal tetangga minta air, memang iya/. Tapi soal Farid naksir dirinya, itu hak-hak dialah. Yang penting dia tak pernah berusaha dan mendeklarasikan cintanya. “Jadi kenapa saya harus repot?” kata Fatma.

Harun pun geleng-geleng kepala, kok jawaban istrinya sudah seperti politisi saja. Tapi dari situ dia menarik kesimpulan, kata-kata diplomatis istrinya sekedar untuk menutupi hal yang sebenarnya. Intinya, usaha intervensi atas bini orang itu bukan isyu, tapi fakta. “Sekarang minta air, lama-lama kamu diari nanti.” Ujar Harun.

Harun pun pernah menegur Farid secara halus. Katanya, minta air lewat suami juga nggak papa, dijamin diizinkan. Jadi tak perlu hanya lewat istrinya. Kalau mintanya hanya lewat istri, nanti bisa menimbulkan fitnah. Padahal fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.

Ternyata Farid hanya mengiyakan saja, prakteknya tak dilakukan. Jengkel jua pada akhirnya si Harun non Masiku ini. Dia melabrak ke rumah Farid sambil membawa golok. Ributlah dua lelaki bertetangga ini. Saking jengkelnya, Harun pun membacok Farid, wush.......! Hanya kena angin, karena calon korbannya berkelit. Tapi Farid berhasil merebut golok itu dan gantian dibacokkan ke leher Harun. Langsung suami Fatma ini tumbang dan meninggal.

Dalam pemeriksaan di Polsek Pematang Ilir Farid mengakui, dia memang sering minta air pada Fatma istri Harun. Tapi jika dia lalu ada main dengan istri Harun, sama sekali tidak benar. Sebab meski Fatma ini cantik, dia kan istri orang. Karenanya Farid punya prinsip, disanjung takkan gandrung, dipuji takkan bikin janji.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT