Tidak Ada Tangis Megawati dan Puan Saat Jokowi Umumkan Harga BBM Naik, Pengamat: Semua Itu Jadi Pelajaran dalam Menilai PDIP
Minggu, 4 September 2022 11:29 WIB
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, PDIP membiarkan pemerintah menaikkan harga Pertalite, Solar, dan Pertamax.
Sikap dan tindakan PDIP itu tampak berbeda saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menaikkan harga BBM.
"Saat itu, Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, dan petinggi PDIP mencucurkan air mata. Mereka terkesan teramat sedih karena kenaikan harga BBM akan membuat wong cilik semakin terpuruk," katanya, Minggu (4/9/2022).
PDIP juga turun ke jalan menyuarakan penolakan kenaikan BBM. Mereka seolah terdepan membela wong cilik.
Pengamat Komunikasi Politik M Jamiluddin Ritonga. Foto : dok. pribadi
"Argumen pembelaan wong cilik sudah tidak mengemuka saat Jokowi menaikkan harga Pertalite, Solar, dan Pertamax. Megawati, Puan, Sekjen PDIP, dan Petinggi PDIP sudah tidak galak dan seolah pasrah atas keputusan petugas partainya," ucapnya.
Sudah tidak ada tangis Megawati dan Puan, serta Petinggi saat Jokowi mengumumkan harga BBM naik. Tidak demo ke jalan dari PDIP. Mereka ibarat paduan suara, sudah tak terdengar suara lantangnya.
"Jadi, masyarakat menanyakan air mata Megawati, Puan, dan petinggi PDIP saat menentang kenaikan harga BBM di era SBY murni membela wong cilik atau air mata politis? Saat ini kiranya masyarakat sudah dapat menjawabnya," bebernya.
Kepentingan politik kiranya yang membuat perbedaan sikap elite PDIP tersebut. Saat mereka menjadi oposisi, mereka terkesan partai yang paling lantang membela wong cilik. Namun setelah mereka menjadi bagian dari kekuasaan, persoalan wong cilik sudah jarang didengungkan.