JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Penyelanggaraan KTT G20 yang puncaknya dilaksanakan di Bali pada tanggal 15 - 16 November 2022, diharapkan dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mengatasi sejumlah tantangan global.
Tidak terkecuali, dalam melihat penyelesaian perang Rusia dan Ukraina saat ini menjadi inti dari berbagai permasalahan dunia.
"Indonesia harus berperan dalam diplomasi sebagai pemimpin Presidensi G20 meski penuh tantangan," ucap Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Athor Subroto, Jumat (3/9/2022).
Pasalnya, menurut Athor, hingga kini konflik Rusia dan Ukraina sejauh ini belum menemukan titik terang untuk menuju kepada proses dialog perdamaiannya.
"Indonesia harus juga bisa menawarkan kedua belah pihak bahwa Rusia-Ukraina harus memiliki exit strategi yang mungkin boleh dikatakan baik untuk semuanya," kata Athor.
Meski hingga kini Rusia masih bersikukuh melakukan operasi militer khusus untuk dinasifikasi Ukraina dan sebagainya.
"Yang harus ditekankan oleh Indonesia dan yakinkan ke Ukraina bahwa sebenarnya dinasifikasi bisa dilakukan sendiri oleh internal Ukraina tanpa campur tangan dalam hal ini khususnya Rusia," kata Athor.
Menurut Athor, intinya bagaimana exit strategi ini bisa dicapai dengan baik dan menguntungkan semuanya.
"Karena kita tahu bahwa korban perang Ukraina dan Rusia sudah begitu besar. Kehancuran sudah begitu besar maka seolah-olah tidak ada lagi jalan untuk titik balik menuju perdamaian," kata Athor.
"Tapi kalau misalkan Ukraina bisa meyakinkan dunia internasional salah satunya Rusia bahwa proses dinasifikasi bisa dilakukan internal oleh pihak Ukraina bisa berjalan lebih baik mungkin Indonesia bisa nawarkan seperti itu," sambungnya.
Namun Athor berpandangan tidak mudah bagi Indonesia meyakinkan perdamaian. Karena tentu saja G20 sebagai salah satu lembaga yang besar tapi masih fokus pada pengembangan ekonomi dan kemitraan yang ada hubungannya dengan ekonomi bukan politik.