Oleh :
Saepudin Muhtar
Dosen Ilmu Politik Universitas Djuanda Bogor
MERDEKA berasal dari kata “Mahardhika”, yang berarti kaum terpelajar atau orang – orang bijaksana. Lantas apa yang dimaksud Indonesia “Mahardhika” (Merdeka)?
Sederhananya lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dibentuk oleh kaum intelektual terpelajar Siapa mereka? Yaitu para founding fathers yang mengerahkan seluruh daya intelektualitasnya untuk memikirkan bagaimana nasib Indonesia seratus bahkan seribu tahun ke depan.
Hingga sampailah pada hari ini, tepat 17 Agustus 2022, Indonesia merdeka tampil dengan jiwa pemenang memasuki usia ke 77 tahun.
Sebagai bangsa pemenang, para pemimpin bangsa kita memandang masa depan dengan optimisme dan percaya diri, bahwa idealisme kemerdekaan akan tercapai.
Bagi para founding fathers, imaji kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan merupakan imaji yang ideal dari kemerdekaan yang harus digapai.
Dalam perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia, kita diwarisi sebuah ideologi yang paripurna, yaitu pancasila. Pancasila merupakan dasar negara, philosophischegrondslag, atau Welthanchauung, yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan falsafah, dasar negara, pandangan dan pedoman hidup bangsa, yang menuntut seluruh warga negara untuk senantiasa berpedoman padanya mulai dari cara berfikir, sikap mental maupun tingkah laku yang mencerminkan implementasi dan nilai-nilai luhur Pancasila.
Oleh karena itu, kepatuhan dan ketaatan setiap warga negara, lembaga negara, organisasi-organisasi kemasyarakatan dan politik terhadap Pancasila tidak cukup hanya batin saja tetapi perlu penghayatan dan pengamalannya.
Sila-sila dalam Pancasila adalah sebuah kalimat, satu kesatuan yang bersifat sama, homogen, dan saling melengkapi serta tidak bisa dipisah-pisahkan. Susunan pada sila-sila tersebut sama sekali tidak membedakan kedudukan, peran maupun fungsinya.
Contoh: Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini sama sekali tidak lebih tinggi kedudukannya dibanding sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab tidak lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan sila ketiga Persatuan Indonesia dan seterusnya.
Karena kelima sila itu adalah satu nyawa yang tak lain dan tak bukan adalah jiwanya bangsa Indonesia. Adapun salah satu makna kemerdekaan Indonesia yang ke-77 ini, kita mampu memahami Pancasila secara utuh dan mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sebaik-baiknya, mengingat Pancasila dalam teks pembukaan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alinea IV menyatakan: