Menuju Indonesia Sejahtera

Senin 15 Agu 2022, 05:59 WIB

“Proklamasi kemerdekaan menjadi pintu gerbang bagi bangsa Indonesia  menuju masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana dicita- citakan.” - Harmoko 
 
Kemeriahan peringatan HUT Kemerdekaan RI sudah sangat terasa sejak memasuki bulan Agustus 2022 yang ditandai dengan pengibaran bendara Merah Putih, pemasangan spanduk dan umbul-umbul berderet memenuhi jalan- jalan lingkungan mulai dari tingkat RT dan RW. 
Sepanjang mata memandang hanyalah kemeriahan “Merah Putih” yang menutup rapat simbol – simbol pencitraan politik jelang pilpres.
Berbagai kegiatan dan lomba “Agustusan” digelar mulai tingkat rukun warga hingga Istana Negara. Semua ini memberi makna kegembiraan menyambut Proklamasi Kemerdekaan RI yang tahun  ini genap berusia 77 tahun.

Ibarat manusia, usia ini adalah lansia, uzur, tetapi tidak dengan bangsa dan negara kita. Perjuangan tak mengenal batasan usia, takkan mundur sebesar apapun rintangan menghadang, tiada henti apapun situasi dihadapi sebagaimana slogan” hilang satu, tumbuh seribu”.

Momen – momen perjuangan kemerdekaan dari para tokoh dan pejuang diunggah ulang menandai fajar hari kebebasan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan pada 17 Agustus 1945.
Kita telah bebas dari cengkeraman politik penjajah, tapi belum lepas dari cengkeraman kemiskinan dan kebodohan, cengkeraman ekonomi pemodal besar, negara asing. Belum terbebas dari kekuatan oligarki, monopoli, korupsi, dan gratifikasi. Masih terjerat dengan politik transaksional yang hanya menguntungkan sebagian kecil mereka yang hendak berkuasa, tetapi akan menyisakan banyak derita.

Negara memang bukanlah manusia yang semakin tua bertambah ringkih dan rapuh. Namun, siapapun dia, akan berharap dengan bertambahnya usia, hidup semakin berarti, bijak dan berakhlak. Lebih menata diri dengan memperbaiki segala kekurangan yang ada selama ini.

Bagi negara, tentu para pejabat dan petinggi negeri dituntut semakin bijak dalam menyikapi situasi,mulai dari merespons kehendak rakyat, menyerap dan mengelola aspirasi hingga mencarikan solusi.

Bijak bisa diartikan menggunakan akal budi, lebih berhati – hati, dan tidak “grusa – grusu mengko keliru” ( jangan gegabah, nanti keliru ) dalam mengambil keputusan, menelorkan kebijakan, apalagi terkait dengan hajat hidup orang banyak.

Lebih – lebih jika menyangkut nasib masa depan bangsa, generasi penerus kita. Sebut saja mengenai eksplorasi sumber daya alam (SDA), di tengah ancaman krisis pangan, energi dan keuangan.
Hindari eksploitasi berlebihan yang menjadikan anak – anak dan cucu keturunan kita kelak hanya menerima ampasnya saja. Yang suatu ketika menanggung derita akibat dampak beban utang negara generasi sebelumnya.

Sikap bijak diartikan pula mampu memahami dalam hal perbedaan dan persamaan, tentang nilai - nilai kebaikan sebagaimana dipersepsikan dalam norma-norma kemanusiaan.
Di era sekarang ini. Sikap bijak hendaknya dijadikan satu-satunya upaya dalam, misalnya, mengatasi pandemi dengan segala dampak yang menyertainya. Menyelesaikan segala persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Baik di bidang politik dengan meningkatnya perbedaan pandangan, terbelahnya dukungan yang mengarah kepada kian mengkristalnya polarisasi.

Menyongsong 77 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI, kita semua, mulai dari pejabat, aparat dan rakyat dituntut pula, selain lebih bijak menyikapi situasi terkini, juga lebih memperbaiki jati diri dengan memantapkan identitas nasional kita. (Soal identitas nasional, akan disajikan dalam sesi berikut).

Bicara proklamasi tak lepas dari nilai – nilai kejuangan bangsa. Proklamasi kemerdekaan merupakan wujud dari puncak kemerdekaan bangsa Indonesia seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini. Dengan begitu, proklamasi menjadi pintu gerbang bagi bangsa Indonesia  menuju masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana dicita- citakan. 

Gerbang menuju “Indonesia Maju” sudah terbuka lebar sejak 17 Agustus 1945. Menjadi bahan renungan bersama, sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai, yang tengah dijalankan dan hendak dijalankan.
Tidak perlu dipertanyakan karena akan berujung kepada perdebatan. Kita meyakini rakyat lebih dapat merasakan kemajuan atau kemunduran, karena yang mengalami sehari – hari.

Berita Terkait

Berkepribadian Indonesia

Senin 22 Agu 2022, 06:15 WIB
undefined

Rekayasa Tebar Pesona

Senin 05 Sep 2022, 06:01 WIB
undefined

News Update