ADVERTISEMENT

Keberadaan KIB Hingga Saat Ini Dinilai Gak Ada Gregetnya, Pengamat: Elektabilitas Ketiga Ketua Umum Partai Masih Rendah

Senin, 15 Agustus 2022 08:56 WIB

Share
Kebersamaan KIB kian mantap. (ist)
Kebersamaan KIB kian mantap. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID  - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga menilai,  keberadaan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hingga saat ini tidak ada gregetnya.

Ia menyebut ada dua penyebabnya.Pertama, KIB yang dimotori Golkar, PAN, dan PPP belum memiliki tokoh sentral yang akan diusung menjadi capres. Ketua Umum ketiga partai tersebut, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa, tidak ada yang menonjol.

"Hal itu dapat dilihat dari elektabilitas ketiga ketua umum partai tersebut yang teramat rendah. Ketiganya dapat dikatakan bukan harapan masyarakat untuk memimpin Indonesia," kata Jamil, Swnin (15/8/2022).

Padahal ketiga ketua umum partai tersebut saat ini semuanya menteri. Bila mereka ini layak jual seharusnya dengan jabatan mentereng tersebut elektabilitasnya akan terkerek. Nyatanya elektabilitas mereka tetap jeblok.

"Kader ketiga partai politik tersebut juga tidak ada yang memiliki elektabilitas memadai. Ini mengindikasikan para kader tiga partai tersebut hingga saat ini belum ada yang layak menjadi capres," urainya.

Dua, lanjutnya,  belum jelas arah yang ingin dicapai KIB. Melihat namanya saja sudah tidak greget. Sebab, nama Koalisi Indonesia Bersatu, tidak punya nilai jual. Persoalan Indonesia bersatu sudah dinilai final. Karena itu, nama semacam itu tak perlu lagi diumbar secara politis.

"Selain itu, keinginan KIB untuk menghindari polarisasi dan menolak politik identitas juga dianggap hanya sekedar jualan politik," paparnya.

Realitasnya, polarisasi dan politik identitas yang kerap dipersoalkan hingga kini tidak membahyakan NKRI. Anak negeri tampak tetap berada dalam koridor NKRI.

"Para elite yang justru kerap membesar-besarkan bahaya polarisasi dan politik identitas. Seolah dua hal itu menjadi ancaman besar meruntuhkan NKRI," bebernya.

Padahal, masalah polarisasi dan politik identitas kalau dianggap berbahaya akan segera berakhir bila para elite meminta pengikutnya menghentikan hal tersebut. Dua hal itu akan mereda bila elite juga tak mempersoalkan itu lagi.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT