JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pernyataan mengejutkan mencuat dari mulut Pengacara Bharada Erichard Eliezer Pudhing Lumiu atau Bharada E, Deolipa Yumara.
Dalam tayangan sebuah video yang beredar di beberapa platform media sosial, pengacara nyentrik berambut gondrong ikal ini mengaku terus diteror.
Teror berupa tekanan itu berbentuk permintaan mulai mencabut perkara hingga kuasa sebagai garda terdepan pembela perkara Bharada E.
Keberanian Deolipa bicara blak-blakan terkait persoalan ini mendapat banjir dukungan. Salah satunya datang dari Ketua DPP KNPI Haris Pertama.
Menurut Haris, apa yang diungkapkan Deolipa harus menjadi atensi serius dari Presiden Joko Widodo. Apalagi, Jokowi sudah beberapa kali membuat pernyataan bahwa kasus pembunuhan berencana yang diduga dilakukan Irjen Ferdy Sambo harus dibuka secara terang benderang.
"Semoga pak Presiden @jokowi, @mohmahfudmd, @ListyoSigitP bisa mengusut siapa yang menghantam pengacara Bharada E. Jika polisi saja bisa terbunuh, pengacara bisa dihantam-hantam. Lalu bagaimana nasib Rakyat Kecil? Akankah kebenaran dapat dikalahkan oleh kejahatan?," kata Haris melalui akun @KNPIHaris beberapa hari lalu.
Menurut Haris, semakin ke sini, kasus yang dilakukan para petinggi Polri itu bukannya membuat proses pengusutan semakin lancar, justru jadi runyam.
"Nach loh, makin runyam saja ini kasus. Bang Deolipa Yumara padahal mendapat apresiasi yang sangat baik dari kanda
@mohmahfudmd. Ini sebenarnya kasus pembunuhan Brigadir J mau dibuka terang benderang atau mau setengah-tengah ??? Tolong pak Presiden @jokowi dan kanda @mohmahfudmd," tambah Haris.
Dugaan Haris bukan mengada-ada. Dia mencium ada yang tak beres terkait penembakan yang dilakukan Irjen Ferdy Sambo yang mengaku bahwa motifnya lantaran Brigadir J telah melukai harkat martabat keluarganya. Apalagi, pengakuan ini sangat bertolak belakang dengan alur-alur cerita atau skenario yang dibuat para "pembela" Ferdy Sambo.
"Ijin pak Dirtipidum, pengakuan seorang tersangka tidak bisa dijadikan fakta hukum. Apalagi tersangka tersebut sebelumnya sudah melakukan kebohongan dan membuat skenario kebohongan," tambahnya sambil memention @jokowi dan @mohmahfudmd.
Haris mendesak bahwa kasus ini sudah menjadi perhatian publik se Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.
"Pak Kabareskrim, jadi harus dibuka apa motif sebenarnya. Ini juga demi kembali menaikkan marwah dan citra Polri," cuit Haris, Jumat (12/8/2022).
Haris menegaskan bahwa pernyataannya itu sangat konsern pada saat Deolipa menjadi narasumber di sebuah acar televisi pada Selasa (9/8/2022).
'Saya punya harapan-harapan, yang pertama harapan pribadi saya, internal. Ini kan kemudiaan saya menjadi saksi yang mendengar cerita Bharada E. Saya adalah kuasa hukumnya," kata Deolipa.
"Jadi tolonglah jangan ada tekanan-tekanan ke saya supaya cabut perkara atau apa, supaya cabut kuasa atau apa," tambahnya.
Dengan nada tinggi bahkan Deolipa mencontohkan tekanan-tekanan yang datang kepada dirinya.
Ia bahkan sampai marah lantaran dirinya bukanlah pengacara swasta melainkan pengacara yang ditugaskan Bareskrim Polri, tapi tetap masih mendapat tekanan.
"Namanya berperkara kan ada juga yang suka dan enggak suka. 'Woy jangan begitu, jangan begini, gua cabut, tolong ini,' ah gitu. ya kita bernegara nih. Ini saya pengacara merah putih lho, bukan pengacara institusi, saya pengacara merah putih untuk kepentingan bendera merah putih," tegasnya.