ADVERTISEMENT

Suami di Sukadiri Tega Bekap Istri Hingga Tewas, Sosiolog: Puncak dari Frustasi Karena Ekonomi dan Hubungan Tak Lagi Harmonis

Rabu, 3 Agustus 2022 11:47 WIB

Share
Sosiolog Unika Atma Jaya Jakarta, Hubertus Ubur.(Ist)
Sosiolog Unika Atma Jaya Jakarta, Hubertus Ubur.(Ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sebuah peristiwa pembunuhan yang memilukan terjadi di Kampung Pabuaran, Desa Rawakidang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang pada Jum'at (29/7/2022) dini hari lalu.

Pasalnya, dalam peristiwa tersebut seorang suami bernama Purwadi (35), tega menghabisi nyawa sang istri, Junaesih (37) dengan cara membekap korban menggunakan bantal hingga kehabisan nafas.

Berdasarkan keterangan pihak Kepolisian, Purwadi melakukan hal keji tersebut karena dilatari rasa kesal lantaran acapkali menerima kata-kata kasar atau umpatan dari sang istri, yang pada saat sebelum kejadian dimintainya untuk menyusui sang anak bungsu yang terus menangis di malam hari.

Namun, alih-alih menuruti permintaan sang suami, Junaesih malah mengabaikannya dengan terus terlelap hingga Purwadi pun kalap membekapnya di ranjang tidur rumah kontrakannnya.

Peristiwa tersebut pun menjadi perhatian Sosiolog Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Hubertus Ubur. Menurut Hubertus, dalam peristiwa ini, ada banyak faktor yang tentu turut melatar belakangi tindakan Purwadi.

Dia berujar, umpatan yang kerap dilontarkan oleh Junaesih kepada sang suami, hanyalah salah satu faktor penyebab yang turut melatar belakangi terjadinya peristiwa pembunuhan ini.

"Kejadian ini merupakan puncak dari keadaan frustasi, baik karena faktor ekonomi maupun karena faktor hubungan sosial yang tak lagi harmonis," ujar Hubertus saat dihubungi Poskota.co.id Selasa (2/8/2022).

Dia menjelaskan, terkait faktor ekonomi, ditengarai da indikasi penghasilan yang didapat oleh sang suami tak memadai untuk mencukupi jumlah kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih pula, Purwadi hanyalah merupakan seorang pekerja konveksi rumahan.

"Penghasilan pasti tidak memadai dibanding jumlah mulut yang harus diberi makan itu sudah merupakan masalah dalam hal ini. Tembahan, istri juga bisa saja karena capek sehingga tidak merespons permintaan sang suami untuk menyusui sang buah hati yang menangis," papar Hubertus.

Akan hal tersebut, terang Hubertus, bisa saja keadaan sang suami juga serupa dengan sang istri, yang kebetulan tengah capek dari bekerja sehingga tangisan si buah hati yang memecah sunyinya malam malah membuatnya terganggu dari istirahatnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT