ADVERTISEMENT

Militer Tiongkok Agresif dan Berbahaya, BRIN: Ada Lonjakan Kekuatan Dibandingkan Sebelumnya

Minggu, 31 Juli 2022 08:00 WIB

Share
Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (Ilustrasi)
Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (Ilustrasi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Selain itu Tiongkok sudah mempunyai teknologi pembangunan kapal induk dan pangkalan militer sendiri sehingga membuat militernya dapat memperluas daya jelajah mereka. Kedua hal ini sebelumnya menjadi dominasi Amerika Serikat dan NATO. Terlebih ketika Tiongkok juga akan membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon.

Kebijakan Tiongkok terhadap Taiwan juga makin agresif karena Presiden Taiwan saat ini lebih anti Tiongkok dan secara eksplisit berani menyatakan keinginannya untuk melepaskan diri dari Tiongkok.

Tiongkok juga menawarkan pendekatan ekonomi yang dengan kelebihan dan kekurangannya yang banyak diterima negara lain.

Muhammad Haripin menyebutkan saat ini tengah terjadi perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Indo Pasifik.

Contoh paling nyata tampak dengan polarasi di dalam ASEAN. Ada negara yang condong ke Beijing, ada yang netral, atau secara terang-terangan memihak pada Amerika Serikat. Namun situasi ini dinamis dan fluktuatif. Tiga negara ASEAN yang pro Tiongkok adalah Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Indonesia dinilai masih netral karena sangat terbuka dengan bantuan atau kerjasama ekonomi dengan Tiongkok tetapi untuk sisi pertahanan lebih terbuka kepada Amerika Serikat.

Muhammad Haripin menegaskan Indonesia sebagai negara berdaulat yang menjunjung aturan hukum internasional harus senantiasa meminta Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menghormati hukum internasional.

"Saya pikir Tiongkok akan berusaha memaksimalisasi negara-negara yang memang bersikap ramah ke Beijing dan akan berusaha merayu atau menarik perhatian negara-negara yang masih berada di titik netral atau masih memiliki hubungan yang terbatas dengan Tiongkok,” ucapnya seperti dikutip dari VOA pekan ini.

”Di sisi lain Tiongkok akan terus menunjukkan ketegasannya di level internasional. Misalkan dalam isu Laut Tiongkok Selatan atau isu Taiwan,” pungkas Muhammad Haripin. ***

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT