REJEKI, jodoh dan maut rahasia Tuhan, tidak ada yang tahu. Itu pula yang terjadi pada pria bernama lengkap Eka Satria Saputra alias Bonge ini.
Bagaimana tidak, dari seorang yang hanya mengenyam pendidikan kelas 3 SD di Citayam, ia kini menjadi milyader akibat fenomena SCBD (Sudirman Central Bisnis District) yang diplesetkan menjadi Sudirman Citayam Bojonggede Depok.
“Ada-ada aja ya, kita nggak habis pikir, kok bisa begini,” kata Samsuri, salah satu pegawai yang berkantor di kawasan SCBD saat berbincang dengan rekan sekantornya, Hamdan di salah satu warung kopi tak jauh tempatnya bekerja.
Samsuri mengaku, dirinya yang sudah bekerja selama lima tahun di kawasan SCBD ini benar-benar kaget melihat begitu cepatnya perubahan zaman terkait maraknya fenomena SCBD yang kebanyakan diisi anak-anak muda dari berbagai wilayah di Jabodetabek ini.
“Apalagi sekarang ada Fashion Week yang digelar tiap Sabtu, atau Minggu. Benar-benar nggak nyangka dah gua. Wajar aja ini jadi perhatian masyarakat. Apalagi, pentolan SCBD malah jadi remaja yang kayak mendadak. Nggak masuk akal, tapi nyata,” kata Samsuri sembari ngakak.
Berkat fenomena SCB ini pula, Bonge yang disebut sebagai icon SCBD malah bisa membeli mobil mewah Toyota New Vellfire bernopol B 80 NGE. “Padahal mobil itu baru dibeli dari show room seharga Rp 1,3 miliar. Luar biasa nih, pandai juga si Bonge memanfaatkan itu semua dengan menjadi konten kreator di kawasan SCBD. Gile bener ya dia. Boro-boro kita kebeli mobil 1 M,” celoteh Hamdan.
Selain itu, Bonge ada pula cewek centil bernama Jasmine Laticia alias Jeje yang membuat decak kagum kaum muda. Ia pun makin tajir melintir pasca banyaknya endorse dan konten yang dibuatnya. “Malah pengiklan pada antre untuk memakai jasanya. Parah ya,” ujar Hamdan.
Pria yang bekerja di konsultan keuangan ini menyebut apa yang dialami Bonge, Jeje dan lainnya ini merupakan fenomena yang terjadi seiring perkembangan jaman dan makin majunya peran media sosial (medsos).
“Yang penting bagaimana mengambil hikmah positifnya. Jangan ambil negatifnya, ambil positifnya. Ada nilai ekonomi di SCBD tersebut, baik SCDB asli maupun yang plesetan,” kata Hamdan mengakhiri obrolannya. (tiyo)