Hanya saja, mawas diri memerlukan kejujuran. Jujur mengoreksi terhadap kesalahan -kesalahan yang sering diperbuat, kekurangan yang perlu diperbaiki. Tanpa kejujuran, koreksi diri hanyalah kamuflase belaka tiada guna, jauh dari manfaat. Artinya tidak perlu menutupi kesalahan.
Jika kebijakan soal pangan belum transparan, minyak goreng masih menjadi masalah, stok belum terjaga, harga yang masih tinggi, tidak perlu alergi untuk memperbaiki.
Tidak harus mencari pembenaran mengapa kebijakan masih silih berganti. Tidak perlu ditutupi koordinasi antar-kementerian terkait yang belum solid. Belum lagi koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah, dan daerah satu dengan lainnya.
Era sekarang kian dibutuhkan masing – masing pihak saling berkolaborasi, saling mengoreksi untuk perbaikan saat ini dan ke depan. Pihak yang dikoreksi harus terbuka menerimanya, lalu introspeksi untuk memperbaiki. Begitu pun koreksiannya, harus dilakukan semata-mata untuk perbaikan, bukan mencari – cari kesalahan.
Ingat! mengoreksi untuk perbaikan, bukan menjerumuskan, bukan menyembunyikan, bukan pula membumi hanguskan. Tak perlu heboh kebijakannya dikoreksi. Siapapun dia yang mengoreksi.
“Jangan pula bertanya siapa yang mengoreksi, tetapi hendaknya mawas diri, mengapa mereka mengoreksi.” Mari kita mulai. (Azisoko)