KEKUASAN itu membutakan. Ini pula gambaran obrolan dua pekerja kantoran di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Karena kekuasan pula, seseorang hilang rasa malu dengan masyarakat. Baginya yang penting tercapai apa yang diinginkan.
“Aneh ya, bisa-biasanya seorang menteri yang juga ketua umum partai malah kampanye ke masyarakat agar memilih anaknya sebagai anggota DPR pada Pemilu 2024 mendatang. Ini kan nggak etis dan nggak ada tata krama bermasyarakat,” kata Ario, kepada Samsuri, sahabat karibnya.
Ario menjelaskan, sebagai pejabat negara harusnya sang menteri bisa tahan diri untuk tidak tergerak hatinya memenangkan sang anak dalam percaturan politik terutama Pemilu tahun 2024.
“Ia semestinya menjalankan perintah Presiden dalam mengendandalikan harga kebutuhan pokok yang makin mahal, seperti minyak goreng, cabe dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya. Bukan malah cari kekuasan sang anak. Nggak elegan banget nih. Caranya kotor bikin masyarakat enek,” ungkap Ario yang diiyakan Samsuri.
Samsuri menimpali omongan rekannya itu. Seharusnya, kata Samsuri, sebagai seorang pejabat negara, menteri itu harus bisa membedakan mana yang dapat dilakukan, mana yang tidak.
“Nah kalau kasih minyak gratis, terus menyuruh warga untuk pilih anaknya, itu kan nggak benar. Pemilu juga masih lama. Lagipula dia kan baru sebulan jadi menteri, sudah lakukan hal yang tidak pantas sebagai pejabat negara,” gerutu Samsuri.
Apa yang disampaikan kedua sahabat ini ada benarnya juga. Apalagi, Presiden Jokowi langsung merespon sang menteri agar fokus kerja sesuai urusannya. “Yang paling penting, harga minyak goreng harus turun dan bisa terjangkau masyarakat. Laksanakan tupoksi,” kata presiden.
“Kalau sudah terlanjur viral gini kan jadi nggak enak. Pasti anak buahnya membantah, terutama dalam jabatannya sebagai ketua umum parpol. Memang ya, kekuasan itu membutakan hati nurani,” celetuk Samsuri sambil mengakhiri nyeruput kopi bersama Ario.
“Semoga ini dapat menjadi pelajaran buat pejabat negara lainnya. Kalau mau bertindak, ya harus dipikir dulu dampak akibatnya. Baik buruknya, jangan demi kepentingan sesaat bertindak seenaknya,” sambar Ario sambil tersenyum. (tiyo)