PEMPROV DKI agaknya sangat menjaga kaum perempuan dari tangan-tangan jahil lelaki iseng. Salah satu perhatian pemprov adalah di sektor transportasi angkutan umum.
Dulu, ada bus Transjakarta warna pink rute Blok M-Kota khusus untuk penumpang wanita. Tak satu pun ada lelaki yang boleh naik, kecuali pengemudi dan penumpang anak-anak. Tujuannya, untuk menghindari pelecehan. Tapi bus itu kini tak terlihat lagi sejak pandemi Covid-19.
Kini Pemprov DKI punya kebijakan lain. Penumpang angkot wanita dan pria akan dipisah. Teknisnya, penumpang wanita akan duduk di baris kiri angkot, sedangkan lelaki di baris kanan. Posisinya berhadap-hadapan.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, mengatakan aturan ini bertujuan untuk menghindari pelecehan seksual.
Rencana ini menuai pro dan kontra. Bahkan dipolitisir dan jadi makanan empuk lawan politik. Bagi kelompok lawan, aturan tersebut dianggap tidak efektif. Sebaliknya, kelompok perempuan pelanggan angkot menyambut baik. Kalau perlu, ada angkot khusus perempuan.
Dalam obrolan grup dan komunitas perempuan, rata-rata juga setuju dengan rencana pemisahan tempat duduk lelaki perempuan di angkot. "Ini kan untuk menghindari pelecehan. Selama ini banyak lelaki ganjen yang sengaja nyenggol-nyenggol," ucap satu penghuni grup perempuan. Bukan itu saja, pemisahan juga bisa mengurangi ruang gerak copet yang mengincar perempuan.
Bagi yang tidak setuju pasti dianggap bagian dari kelompok ganjen (genit). Nah lho. (Ird@)