JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Polisi India melakukan penangkapan terhadap dalang pembunuhan seorang penjahit dan pemeluk Hindu Kanhaiya Lal Teli di Rajasthan, Utara India, pada Sabtu (2/7/2022).
Korban diduga membuat postingan media sosial yang mendukung Nupur Sharma, mantan juru bicara partai Perdana Menteri Narendra Modi, yang membuat komentar anti-Islam pada bulan Mei 2022 lalu.
Tiga pejabat senior polisi mengatakan bahwa dua pria Muslim yang berbasis di Rajasthan ditahan karena merencanakan pembunuhan Teli di tokonya di Udaipur.
"Kami sekarang telah menangkap dua dalang, dan sebelumnya kami telah menangkap dua orang yang melakukan kejahatan keji itu," kata Prafulla Kumar, seorang pejabat senior polisi yang berbasis di Udaipur dilansir Reuters pada Minggu (3/7/2022).
Kumar mengatakan layanan internet secara bertahap dipulihkan dan pasukan keamanan terus bersiaga.
Sebelumnya, dua pria Muslim yang sudah ditahan atas pembunuhan itu, yang merekam aksi tersebut dan mempostingnya secara online, mengatakan bahwa itu merupakan tanggapan atas dukungan korban atas pernyataan menghina seorang politisi tentang Nabi Muhammad.
Massa yang marah termasuk beberapa pengacara menampar dan mendorong empat terdakwa dalam kasus pembunuhan ketika mereka dihadapkan ke pengadilan pada hari Sabtu (2/7/2022).
Hakim dari Mahkamah Agung India mengatakan pada Jumat (1/7/2022), Sharma harus meminta maaf kepada seluruh bangsa setelah pernyataannya mengintensifkan garis kesalahan agama di India, membuat marah negara-negara Islam dan memicu ketegangan diplomatik.
Di Afghanistan, kelompok militan Negara Islam bulan lalu mengklaim serangan terhadap kuil Sikh yang menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai tujuh orang sebagai tanggapan atas penghinaan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad di India.
Badan Investigasi Nasional (NIA) - badan anti-terorisme terkemuka India - mengatakan sedang melakukan penyelidikan atas pembunuhan Teli.
Seorang pejabat senior NIA di New Delhi mengatakan para agen sedang menginterogasi Muslim yang terkait dengan empat tersangka di Udaipur untuk mengidentifikasi apakah mereka memiliki hubungan dengan jaringan militan.
Muslim yang tinggal sekitar tiga kilometer dari toko penjahit mengatakan mereka merasa gugup dan takut akan boikot sosial dan ekonomi oleh orang-orang Hindu kuat yang tinggal di Udaipur.
"Saya tahu apa yang telah dilakukan adalah biadab, tetapi masyarakat tidak harus bertanggung jawab atas perbuatan dua orang," kata Mohammad Farukh, seorang perwakilan medis yang tinggal di daerah yang didominasi Muslim di kota itu.
Dewan Hukum Pribadi Muslim Seluruh India menyebut insiden pembunuhan itu sangat terkutuk. Mereka menyatakan bahwa peristiwa itu bertentangan dengan hukum India dan aturan Islam.