ADVERTISEMENT

Disebut Perempuan oleh Perdana Menteri Inggris, Ini Respon Vladimir Putin

Kamis, 30 Juni 2022 23:35 WIB

Share
Vladimir Putin
Vladimir Putin

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putih merespons pernyataan Perdana Menteri Inggris Boris Johonson yang menyebutnya perempuan. Dalam wawancara dengan media Jerman pada Selasa lalu, Johnson mengatakan Putin tak akan memutuskan untuk menyerang Ukraina jika dirinya perempuan.

Saat konferensi pers di Turkmenistan, Kamis (30/6/2022) dini hari waktu setempat, Putin membalikkan pernyataan Johnson itu dengan mengungkap keputusan mantan PM Inggris Margaret Thatcher mengirim pasukan ke Kepulauan Falkland di Atlantik.

"Saya hanya ingin mengenang peristiwa sejarah baru-baru ini, ketika Margaret Thatcher memutuskan untuk menggelar operasi militer melawan Argentina terkait Kepulauan Falkland. Jadi, seorang perempuan membuat keputusan untuk melancarkan operasi militer. Oleh karena itu, referensi dari Perdana Menteri Inggris tentang apa yang terjadi hari ini tidak sepenuhnya akurat," kata Putin, seperti dikutip dari Reuters. 

Putin kemudian mengkritik keputusan Inggris 40 tahun lalu untuk menggelar operasi militer atas upaya Argentina merebut pulau-pulau jarang penduduk di Atlantik Selatan yang dikelola Inggris.

"Di mana Kepulauan Falkland dan di mana Inggris? Tindakan Thatcher didikte oleh ambisi kerajaan dan (keinginan untuk) memastikan status kekuasaan mereka," ujarnya.

Sebelumnya Kremlin juga mengomentari secara keras pernyataan Johnson. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pernyataan itu hanya akan membuat Johnson menjadi sasaran komentar para psikoanalis.

"Freud tua (Sigmund Freud) akan memimpikan ini sebagai subjek penelitian selama hidupnya," kata Peskov, merujuk pada peneliti Austria yang mendirikan aliran psikoanalisis, cabang dalam ilmu psikologi.

Johnson dalam wawancara dengan media Jerman ZDF mengatakan, keputusan Putin menyerang Ukraina merupakan contoh utama dari maskulinitas yang beracun.

"Jika Putin seorang perempuan, yang jelas bukan, jika iya, saya benar-benar berpikir dia tak akan memulai perang macho, serta kekerasan yang gila seperti dia lakukan," kata Johnson.

“Jika Anda menginginkan contoh sempurna dari maskulinitas beracun, itulah yang dia lakukan di Ukraina,” ujarnya lagi, seraya menambahkan Rusia perlu memperbanyak perempuan yang duduk di kekuasaan.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Syaharani Putri
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT