Suara NasDem Anjlok Sejadi-jadinya Usai Dukung Anies Jadi Capres, Ruhut Sitompul: Sudah Kubilang, Dia Gabenar karena SARA dan Fitnah!

Selasa, 28 Juni 2022 11:35 WIB

Share
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Partai NasDem, Surya Paloh. (Foto: Ist).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Partai NasDem, Surya Paloh. (Foto: Ist).

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Politikus PDIP, Ruhut Sitompul, terpingkal-pingkal melihat hasil survei  Polmatrix Indonesia yang mengungkapkan elektabilitas NasDem anjlok sejadi-jadinya usai memberi dukungan untuk Anies Baswedan sebagai capres 2024.

Ruhut menilai jebloknya suara NasDem itu sangat wajar. Sebab, publik jadi antipati terhadap NasDem lantaran memilih tokoh yang menjadi aktor utama politik identitas dan mempolitisasi sentimen Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) pada Pilkada DKI 2017 silam.

“Sudah kubilang jangan kau coba permainkan hati Rakyat. Jangan bisa menyesal nanti ingat dia jadi Gabenar dengan SARA Fitnah Ujaran kebencian Teror melawan Ahok yang kau dukung ha ha ha,”  ujar Ruhut Sitompul melalui akun Twitter @ruhutsitompul, dikutip Selasa (27/6/2022). 

Sebelumnya, survei yang dilakukan Polmatrix Indonesia menyebutkan terjadi penurunan elektabilitas Partai NasDem, dari 5,1 persen pada 11—20 Maret 2022, menjadi 3,8 persen.

“Setelah mengusung Anies sebagai salah satu capres (calon presiden), elektabilitas Nasdem merosot hingga di bawah ambang batas parlemen,” ucap Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia, Dendik Rulianto dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (26/6/2022).

Menurut Dendik, pilihan NasDem sebetulnya sangat rasional mengingat figur Anies Baswedan menjadi alternatif bagi sebagian publik Indonesia. Ia menjelaskan, awalnya arah dukungan NasDem kepada Anies memang memberi insentif elektoral, seperti yang tergambar pada tingginya elektabilitas sejak Desember 2021. 

Meski begitu, ketika dukungan resmi diberikan oleh Nasdem, elektabilitas partai ini justru mengalami penurunan tajam. Seperti diketahui, Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh pernah mengusulkan duet Anies-Ganjar untuk mengakhiri polarisasi di tengah masyarakat.

Akan tetapi, hal itu sangat bergantung pada koalisi yang terbangun dengan partai-partai lain, terlebih Ganjar Pranowo masih terikat sebagai kader PDIP.

“NasDem masih harus membuktikan apakah pencapresan Anies tidak mengancam semangat restorasi yang diusung,” kata Dendik.

Adapun posisi unggul elektabilitas partai politik masih ditempati oleh PDIP dengan elektabilitas 17,8 persen, disusul Gerindra sebesar 12,4 persen. Selanjutnya, terdapat PKB (8,8 persen), Demokrat (8,5 persen), Golkar (7,3 persen), PSI (5,4 persen), dan PKS (5,1 persen).

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar