Sri Lanka Krisis Ekonomi, India Kirim Bantuan Beras Hingga Obat-Obatan

Minggu 26 Jun 2022, 13:04 WIB
Demonstrasi warga Sri Lanka di luar kantor presiden untuk menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena krisis utang yang melilit negara itu. (Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte)

Demonstrasi warga Sri Lanka di luar kantor presiden untuk menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena krisis utang yang melilit negara itu. (Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sri Lanka menerima kiriman beras dan obat-obatan dari India pada saat negara kepulauan itu memerangi krisis ekonomi terparah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis ini telah rak-rak supermarket dan farmasi kosong.

Kekurangan mata uang asing telah membuat Sri Lanka tidak mampu membayar makanan impor, bahan bakar dan obat-obatan impor untuk memenuhi permintaan sejak akhir tahun lalu.

Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (25/6/2022), sekitar 22 juta warga Sri Lanka juga terpaksa mengalami pemadaman listrik harian yang berkepanjangan dan inflasi yang tinggi, yang telah membebani anggaran rumah tangga.

Negara tetangga Sri Lanka, India telah memperpanjang jalur kredit senilai US$ 1,5 miliar untuk memungkinkan Sri Lanka tetap memenuhi sebagian dari kebutuhan pangan dan energinya.

Pengiriman bantuan pada hari Jumat (24/6/2022) waktu setempat tersebut terjadi menyusul kunjungan para ahli India untuk pembicaraan bantuan.

"Kedua pihak membahas panjang lebar tindakan masa depan program bantuan India untuk menstabilkan dan menghidupkan kembali ekonomi Sri Lanka," kata kantor Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa setelah pertemuan itu.

Kekurangan bahan bakar yang akut telah melumpuhkan Sri Lanka minggu ini. Parlemen negara itu pun terpaksa membatalkan pertemuan selama dua hari untuk membantu menghemat bahan bakar.

Pekan lalu, PBB meminta bantuan pangan darurat setelah survei menunjukkan bahwa empat dari lima warga Sri Lanka tidak makan untuk mengatasi krisis.

Delegasi Departemen Keuangan Amerika Serikat dilaporkan akan berada di ibu kota Sri Lanka, Kolombo minggu depan untuk menilai krisis ini.

Sebelumnya, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ekonomi negara telah mencapai titik "kehancuran total".

Sri Lanka telah gagal membayar utang luar negerinya senilai US$ 51 miliar dan sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF), yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Berita Terkait
News Update