JAKARTA POSKOTA.CO.ID - Epideminolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan, bahaya lonjakan ketiga pandemi Covid-19 karena penurunan testing Covid-19.
Sebab, kondisi melemahnya tes Covid-19 sebagai salah satu upaya melacak kasus penularan sangat berbahaya karena terjadi pada saat banyak orang nampak seperti tidak bergejala ataupun hanya bergejala ringan.
Ia pun mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia jangan euforia. Sebab, pandemi itu masih ada.
"Pandemi itu masih ada dan gak boleh kita euforia selama dunia ini dalam status pandemi kita harus berhati-hati karena kalau tidak ya kita akan makin mundur," ujar Dicky saat dihubungi Poskota.co.id, Minggu (12/6/2022).
Jika masyarakat kita khusunya Jakarta tetap euforia selama dunia statusnya masih pamdemi, kata Dicky, maka target Indoneisa keluar dari situasi krisis sangatlah susah.
Sebab, seharusnya dimasa transisi ini kita gunakan manfaatkan untuk memperkuat sistim kesehatan sehingga apapun sub varian yang ada dari omicron ataupun varian yang ada, kita siap mengahadapinya.
"Ini yang harus kita lakukan hari ini dan prilaku yang harus dibangun adalah prilaku yang adaftif yang memakai masker. Apalagi B.4, B.5 ini semakin terdeteksi virusnya itu lebih banyak dihitung dan itu artinya penting bangtt ventilasi sirkulasi," jelas Dicky.
Diketahui, Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Bahkan, jika dilihat rata-rata selama 7 hari, jumlah kasus melejit mendekati 100%.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat ada tambahan 574 kasus. Jumlah tersebut turun dari hari sebelumya 627 kasus, yang merupakan penambahan kasus tertinggi dalam 7 pekan terakhir.
Dan, DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus aktif terbanyak, yakni 2.063 kasus, jauh lebih tinggi dari Jawa Barat di urutan kedua sebanyak 797 kasus. Banten berada di tempat ketiga dengan 340 kasus aktif, Bali dam Jawa Timur melengkapi 5 besar dengan 199 dan 174 kasus aktif. (CR01)