ADVERTISEMENT

Menko PMK: Seharusnya Tidak Ada Stunting di Maluku Utara

Minggu, 12 Juni 2022 10:29 WIB

Share
Menko PMK, Muhadjir Effendy saat di Kelurahan Afe-Taduma, Kecamatan Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. (foto: ist)
Menko PMK, Muhadjir Effendy saat di Kelurahan Afe-Taduma, Kecamatan Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Provinsi Maluku Utara merupakan wilayah timur Indonesia yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang luar biasa. Mulai dari kekayaan pertambangan yang dikandungnya, kekayaan hayati dan rempah-rempah, serta kekayaan sumber daya laut.

Akan tetapi kenyataannya, kekayaan sumber daya alam dari Maluku Utara justru bertolak belakang dengan keadaan sumber daya manusianya. Sebab, di Maluku Utara angka stunting masih sangat tinggi. 

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka prevalensi stunting balita stunting di Maluku Utara sebesar 27,5 persen. Untuk angka prevalensi stunting tertinggi yakni di Pulau Taliabu yakni sebesar 32,5 persen, sementara terendah yakni di Kota Ternate yakni 24 persen.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, dengan keanekaragaman hayati serta kekayaan lautan yang dimiliki seharusnya tidak ada stunting di Maluku Utara.

"Karena itu saya heran kenapa di sini angka stuntingnya tinggi," ujarnya saat berdialog stunting bersama Walikota Ternate Tauhid Soleman, tenaga kesehatan, dan pendamping stunting, di Kelurahan Afe-Taduma, Kecamatan Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara, Sabtu 11 Juni 2022.

Muhadjir mengatakan, penyebab tingginya stunting di Maluku adalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada masih rendah. Menurutnya, kekayaan sumber daya alam yang ada di Maluku Utara harusnya dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi bagi ibu dan bayi. 

Dia juga mendapatkan laporan bahwa masih banyak orang tua yang tidak memiliki kesadaran untuk memberikan makanan bergizi pada anak-anaknya. Contohnya, anak-anak hanya diberikan makanan papeda (olahan sagu) karena anak menyukainya, tetapi asupan protein lain tidak terpenuhi.

"Jadi kalau sedang hamil ibu bisa makan ikan yang banyak. Agar pertumbuhan janinnya baik. Kemudian di sini banyak ikan-ikan laut yang sangat sehat, tanaman subur banyak sekali macam-macam. Harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik. Untuk meningkatkan gizi ibu dan anak-anak," jelasnya.

Menurut Menko PMK, untuk meningkatkan keadaan gizi dari penduduk Maluku Utara memerlukan intervensi dari banyak pihak. Salah satunya yang telah dilakukan oleh Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate yang membuat inovasi olahan makanan yang disukai oleh ibu dan anak yang terbuat dari daun kelor, ikan tuna dan ikan layang.

"Saya kira itu sudah sangat bagus, Poltekkes sudah mencoba mengembangkan berbagai jenis makanannya yang gizinya sudah disubstitusikan kepada berbagai macam makanan sehingga itu bisa diberlakukan untuk di ibu hamil dan bayi di bawah 2 tahun," tuturnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Rizal Siregar
Editor: Yulian Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT