ADVERTISEMENT

Usia Baru Oversek Sudah Loyo, Bini Menjadi Doyan Berondong

Selasa, 7 Juni 2022 06:30 WIB

Share
Kartun Nah Ini Dia: Usia Baru Oversek Sudah Loyo, Bini Menjadi Doyan Berondong. (kartunis: poskota/ucha)
Kartun Nah Ini Dia: Usia Baru Oversek Sudah Loyo, Bini Menjadi Doyan Berondong. (kartunis: poskota/ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

USIA Mardan (59) baru oversek (lebih dari 50 tahun), tapi sudah nggak rosa-rosa kayak Mbah Marijan. Ny. Tinuk (56) yang kesepian akhirnya demen pelihara berondong. Tentu saja Mardan tidak rela. Saat istri kencani berondong di rumah kos-kosan, suami menangkap basah sehingga dilaporkan ke polisi.

Berondong jagung atau ketan, makanan anak-anak kecil. Tapi kalau berondong pakai tanda petik, jutru hobinya kaum emak-emak yang kesepian. Dunia yang semakin tua, menjadi makin marak pula praktek mesum antara emak-emak dengan berondong nan perkasa. Tentu saja suami merasa terhinakan, lantaran uang belanja darinya untuk istri justru untuk memanjakan si berondong.

Usia Mardan memang belum tua-tua amat, baru menjelang 60 tahun, yang orang sekarang menyebutnya sebagai oversek. Sayangnya meski isi kantong selalu penuh, si entong sudah tak bisa diajak kompromi, sehingga Mardan semakin jarang memberikan nafkah batin buat istrinya. Habisnya, kalau dipaksakan juga hasilnya hanya keringetan doang atau kesangan wungkul kata orang Sunda.

Biasaanya, istri yang baik akan memahami kondisi ini. Tapi bagi istri yang tidak baik, atau doyan bahasanya paling pas, sungguh bikin hidupnya tersiksa lahir batin. Soalnya, semenjak suami tak lagi rosa-rosa macam Mbah Marijan, malam hari mulai pukul 21:00 acara Ny. Tinuk ya full tidur saja. Jika bangun pukul 01:00 dinihari, bukan karena dibrengkal suami, tapi karena mau melaksanakan salat malam (tahajud).

Sebulan dua bulan Tinuk masih tahan dengan kondisi demikian. Tapi ketika sudah berbulan-bulan, memaksakan dia mencari tokoh alternatip. Bukan saja untuk 2024, tapi ya untuk selamanya, sepanjang suami sudah tak mampu lagi memberi kepuasan di ranjang. Tinuk secara jujur mengakui, soal kebutuhan benggol selalu terpenuhi, tapi masalah bonggol, ini yang parah nggak ketulungan!

Tokoh alternatip itu adalah Gimun, 24, anak buah sendiri di kantor swasta di kota Gresik. Dia memang anak buah yang baik kinerjanya, sehingga sering diberi pekerjaan lembur. Bukan lembur dalam arti penambahan jam kerja, tapi lembur dalam arti.....lempengin burung! Di mana tempatnya? Kadang di hotel kelas melati, tapi paling sering di rumah kos-kosan secara short time (jangka pendek).

Namanya masih muda, kinerja Gimun di ranjang memang masih prima. Sebetulnya dia juga tak nyaman-nyaman amat kencan sama nenek-nenek. Tapi tambahan penghasilan setiap bulan dari Ny. Tinuk, menjadikan Gimun tetap bersemangat. Paling-paling untuk mengusir kejenuhan, saat melayani bossnya justru membayangkan artis atau presenter TV yang cantik-cantik itu.

Lama-lama Mardan sebagai suami curiga juga, belakangan kok Tinuk sering pulang kantor telat melulu. Dia lalu mencoba memantau dari jarak jauh, atau membuntuti bahasanya paling pas. Hasilnya sungguh mengejutkan, karena mobil istrinya lalu belok ke sebuah rumah kos-kosan yang bisa disewakan secara jam-jaman saja.

Seperti yang terjadi belum lama ini, Tinuk istrinya turun dari mobil ditemani anak muda yang ternyata si Gimun. Buru-buru Mardan lapor ke RT setempat dan minta ditemani menggerebek pasangan mesum itu. Tentu saja Pak RT setengah tak percaya, masak di lingkungannya di wilayah Kebomas ada rumah kos-kosan untuk kumpul kebo? 

Tapi faktanya memang ada. Ketika digerebek, pasangan mesum itu baru saja selesai dengan lembur-nya. Tinuk belum juga sempat pakai celana keburu digerebek suami sendiri. Mardan benar-benar emosi, tapi karena ingat umur, dia tak berani mengajak duel berondong istrinya. Dia hanya mampu ngomeli istri, tapi ternyata malah dikick balik. Habisnya sampeyan sudah tidak lagi rosa-rosa kayak mbah Marijan, kata Tinuk blak-blakan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT