ADVERTISEMENT

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dinilai Masih Tertinggal, Ini Penjelasan PKS

Minggu, 5 Juni 2022 23:57 WIB

Share
Ketua Departemen Ekonomi dan Pembangunan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Farouk Abdullah Alwyni. (ist)
Ketua Departemen Ekonomi dan Pembangunan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Farouk Abdullah Alwyni. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ketua Departemen Ekonomi dan Pembangunan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Farouk Abdullah Alwyni menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan data IMF World Economis Outlook 2022 relatif rendah dibanding banyak negara di dunia.

“Kita bahkan kalah dari rata-rata pertumbuhan advanced economies yang mencapai 5,2 persen, teorinya kita sebagai negara berkembang harusnya bisa tumbuh lebih cepat dari mereka,” ujar mantan Direktur Bank Muamalat ini dalam keterangan tertulis yang diterima Poskota, Minggu, (5/6/2022).

Farouk menambahkan bahwa pertumbuhan kita lebih tertinggal lagi jika dibandingkan dengan rata-rata negara yang tergabung dalam Emerging and Developing Asia yang mencapai 7,3 persen.

“Saya melihat penerapan kebijakan sertifikat vaksin dalam penanganan pandemi Covid-19 yang terlalu lama dan menghambat potensi ekonomi sebagian anggota masyarakat turut berkontribusi terhadap pertumbuhan yang cenderung stagnan,” jelas Farouk.

Farouk menyarankan agar pemerintah lebih update dengan studi-studi internasional terkait daya lindung imunitas natural terhadap Covid-19. “Bahkan studi yang dilakukan Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat yang menganalisa kasus-kasus Covid-19 di California dan New York antara 30 Mei dan 20 November 2021 juga mengkonfirmasi kehebatan daya lindung dari natural imunitas ini dibandingkan dua dosis vaksin, bahkan untuk varian delta yang jelas lebih lethal dari Omicron,”tutur Farouk.

Hal ini menunjukkan, lanjut dia, bahwa proses imunitas natural sebenarnya sudah berjalan mengingat jumlah penduduk yang telah memiliki antibody Covid-19 cukup jauh melebihi tingkat vaksinasi, disisi lain kasus Covid-19 berat dewasa ini hampir bisa dibilang sudah sangat minim sekali.

“Sejak munculnya varian delta, dan terlebih lagi omicron harusnya pemerintah memahami bahwa vaksin adalah lebih sekedar untuk perlindungan pribadi, dan tidak bisa mencegah transmisi virus Covid-19,” tuturnya.

Farouk menjelaskan, secara internasional banyak negara maju dewasa ini yang sudah mencabut berbagai aturan restriktif berbasiskan vaksinasi, termasuk juga negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura. (cr04)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT