Pemaksaan Kehendak 

Kamis 02 Jun 2022, 06:05 WIB

Dalam kondisi seperti ini, hendaknya kita semua tidak lagi mengusik perbedaan di atas keberagaman. Yang semestinya dilakukan adalah menghargai perbedaan di atas keberagaman, bukan memaksakan kehendak di atas keberagaman, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Tak hanya dalam ucapan, juga sikap perilaku perbuatan dalam setiap saat, dari waktu  ke waktu, dari hari ke hari tiada henti, meski terdapat perubahan situasi.

Ini diperlukan sikap saling menghormati, saling menghargai. Sangat tidak bijak jika kita mengakui adanya keberagaman, tapi masih mempersoalkan perbedaan. Sangat tidak bijak lagi, jika mengakui perbedaan, tetapi memaksakan pendapatnya yang berbeda agar diakui kebenarannya. Pendapatnya yang paling baik dan benar untuk bangsa dan negara.

Tak hanya saling menghargai, masing- masing perlu lebih mengedepankan sikap rela berkorban untuk menyamakan persepsi. Selalu berpikir positif (husnudzon), bukan berpikir negatif (suudzon) untuk menjaga keharmonisan dan keserasian dalam berbangsa dan bernegara. Itulah perilaku luhur yang perlu menjadi jati diri bangsa.

Pitutur luhur yang tertulis dalam Serat Wedhatama karya Sri Mangkunegara IV mengajarkan, "Amemangun karyenak tyasing sasama” – selalu berusaha untuk berbuat baik dengan orang lain, menyenangkan hati sesama, tidak menyebabkan permusuhan, pertengkaran, tidak menyakiti. Alangkah baiknya menolong tanpa pamrih. ( Azisoko *)

Berita Terkait

Polarisasi dan Rekonsiliasi

Kamis 09 Jun 2022, 06:56 WIB
undefined

News Update