ADVERTISEMENT

Sadis! Tawuran di Pasar Kam Cipinang Tewaskan 1 Orang, Begini Tanggapan Sosiolog

Minggu, 29 Mei 2022 20:11 WIB

Share
Polsek Kalideres mengamankan belasan pelajar yang hendak tawuran. (foto: ist)
Polsek Kalideres mengamankan belasan pelajar yang hendak tawuran. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tanggapi kasus tawuran di kawasan Pasar Kam Cipinang, Jakarta Timur, yang menyebabkan satu orang tewas karena luka bacok, Sosiolog Musni Umar mengatakan meski banyak sisi positif, medsos menjadi salah satu masalah yang dihadapi orang, terutama remaja untuk bisa melampiaskan amarahnya.

Diketahui, sebelum tawuran, kedua kelompok yang terlibat bentrok tersebut sudah saling ejek melalui media sosial (medsos).

"Tawuran itu banyak penyebabnya bisa saja bentuk pelampiasan dari masalah yang dihadapi, juga bisa jadi karena dendam, bisa jadi juga karena ada persoalan kemudian mereka saling mengancam di medsos dan akhirnya mereka melampiaskan ketika bertemu," ujarnya dikonfirmasi Jumat (29/5/2022).

Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab remaja kerap tawuran.

Dari persoalan ekonomi itu, membuat seseorang menjadi harapan dan masa depan.

Sehingga untuk melampiaskan persoalan yang dihadapi, orang tersebut nekat melakukan apa saja, salah satunya dengan melakukan tawuran.

"Nah ini indikator-indikator yang menyebabkan mereka tawuran. Tentu banyak lagi penyebabnya, bisa juga karena masalah keluarga yang dihadapi," jelas Musni.

Disisi lain, Musni menilai perlu pentingnya peran tokoh masyarakat seperti RT, RW dan tokoh agama dalam menangani kasus ini.

Terlebih di era saat ini, banyak orang yang bersikap individual.

Dia mengatakan bahwa sikap individualisme tersebut membuat peran serta masyarakat, salah satunya perangkat di lingkungan, juga semakin berkurang.

"Karena masyarakat kita merasa risih kalau ada yang ikut campur dari keluarga mereka (pelaku tawuran). Tapi ketika terjadi masalah mereka (tokoh masyarakat) tidak ada solusi dari persoalan keluarga yang dihadapi," papar Musni.

Sehingga, orang yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan arahan, malah berjalan sendirian tanpa pendamping.

"Sementara kondisi orang tua mereka macam-macam, ada yang berpendidikan tinggi, ada yang tidak berpendidikan, nah yang tidak berpendidikan ini sangat sulit untuk mengatasi anak-anak di era sekarang," tuturnya.

"Anak-anak itu kan cenderung mendapat informasi dari medsos, justru medsos ini yang dominan memperngaruhi kehidupan mereka. Hal tersebut berdampak ke lingkungan, kalo lingkungannya baik maka akan baik, tapi kalo sebaliknya maka akhirnya anak itu jadi anak yang suka tawuran," tambah Musni.

Untuk itu, Musni mengimbau kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, serta perangkat dilingkungan masing-masing agar dihidupkan kembali fungsi mereka masing-masing. (pandi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT