Ketiga, mempromosikan dan menerapkan sistem manajemen keberlangsungan bisnis (Business Continuity Management Systems) untuk memastikan bahwa semua aktivitas bisnis telah mempertimbangkan pelbagai potensi disrupsi, serta mengembangkan rencana keberlangsungan usaha (Business Continuity Plan).
Keempat, meningkatkan kapasitas respons untuk semua pemangku kepentingan serta mendorong kemitraan multi pemangku kepentingan - pendekatan pentahelix kepada semua pemangku kepentingan terkait termasuk akademisi, industri, komunitas, pemerintah daerah, dan media.
Kelima, memberdayakan semua pihak untuk berkontribusi dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan membangun resiliensi.
"Dalam menerapkan pendekatan multi hazards, diperlukan hand in hand strong collaboration atau kolaborasi bahu-membahu yang kuat, yang kita sebut sebagai 'Gotong Royong' atau Kebersamaan bahwa Disaster Risk Reduction is Everyone’s business bisa menjadi kenyataan," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada kesempatan tersebut, Presiden RI Joko Widido (Jokowi) dalam pidato pembukaannya juga menyampaikan empat konsep resiliensi berkelanjutan dalam menghadapi risiko bencana.
Pertama, memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Kedua, melakukan investasi dalam sains, teknologi, dan inovasi termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi.
Ketiga, membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. Keempat, membangun komitmen bersama untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. (deny)