Ia menjelaskan, ada dua mahasiswa yang menjalin hubungan asmara.
Saat menjelajahi kawasan Rowo Bayu, dua mahasiswa itu keluar dari batas wilayah yang telah ditetapkan.
"Mereka menjelajah itu tidak di situs, agak di utaranya," tutur Sudirman.
"Di situ, keduanya ketemu dengan seseorang, lalu diajak mampir ke rumahnya," tambahnya.
Sudirman juga menjelaskan, mereka disuguhi segala macam makanan.
"Si mahasiswa bertanya desa apakah itu, dan dijawab si empunya rumah kalau itu adalah Desa Penari," tutur Sudirman.
Menjelang sore keduanya pun pulang, lalu diberikan bingkisan dengan kemasan kertas koran untuk dibawa ke tempat KKN.
Ketika bertemu dengan empat kawannya di wisata Worobayu, mereka berkumpul, tepatnya di bawah tiang bendera.
Keduanya pun bercerita tentang desa penari itu, lalu menunjukkan oleh-oleh yang diberikan sang pemilik rumah.
"Ketika bingkisan dibuka yang awalnya dibungkus koran, ternyata daun talas. Isinya kepala kera baru dipotong," ujar Sudirman.
"Si mahasiswa laki-laki langsung pingsan dan beberapa hari kemudian meninggal dunia, sedangkan wanitanya, satu bulan menyusul, meninggal juga," tambahnya.
Sudirman juga menjelaskan bahwa itu merupakan cerita sesungguhnya dari kepala desa Rowobayu.