ADVERTISEMENT

Adu Nasib Perantau di Jakarta

Sabtu, 14 Mei 2022 05:48 WIB

Share
Sejumlah pemudik telah kembali ke Jakarta melalui Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. (foto: poskota/ ivan)
Sejumlah pemudik telah kembali ke Jakarta melalui Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur. (foto: poskota/ ivan)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh: Novriadji, Wartawan Poskota

 

LEBARAN Idul Fitri 2022 telah usai dan para pemudik sudah kembali pulang untuk mencari rezeki di ibu kota DKI Jakarta.

Para perantau dari sejumlah daerah ingin mencoba mencari tantangan untuk mengadu nasib seiring semakin terkendalinya Covid-19 di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkirakan akan adanya peningkatan jumlah pendatang baru atau perantau.

Ada yang bilang, Mengadu nasib di ibu kota lebih kejam dari ibu tiri. Bahkan sampai-sampai difilmkan ‘Kejamnya Ibu Tiri Tak Sekejam Ibu Kota’ yang diperankan oleh Ateng dan Iskak pada tahun 1981.

Pasalnya Jakarta tidak pernah luput diwarnai kemacetan, banjir, biaya hidup mahal dan kriminalitas. Ekonomi pusat Indonesia ada di ibu kota Jakarta. Dan pemerintah pusat bakal wacanakan memindahkan Ibu Kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di kawasan Kalimantan Timur.

Meski tidak ada operasi kependudukan oleh Pemprov DKI Jakarta, para perantau jika tidak memiliki keahlian khusus dan modal nekat mengadu nasib ke ibu kota DKI Jakarta jangan sampai melakukan tindakan kriminal sampai terciduk oleh kepolisian dan menjadi PMKS dijaring petugas Dinas Sosial.

Bahkan diperkirakan jumlahnya dapat mencapai 50 ribu orang usai libur Lebaran 2022. Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Budi Awaluddin.

Diperkirakan terjadi lonjakan menjadi 20 ribu sampai 50 ribu pendatang baru di Jakarta. Dengan perkiraan total pendatang selama 2022 yakni sebanyak 180 ribu orang. Perkiraan petugas tahun ini akan sama dengan tahun 2019 sekitar 150 ribu-180 ribu per tahun.

Sebelumnya, berdasarkan data warga yang melakukan pelayanan dokumen kependudukan, jumlah pendatang baru menurun selama dua tahun terakhir, yakni 2020 dan 2021. Penurunan itu, dipicu kasus positif Covid-19 yang meningkat selama dua tahun pandemi di Jakarta.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT