Syahrul juga mengatakan, dalam penanganan PMK, pihaknya bekerja sama unsur kementerian, pemerintah daerah, TNI dan Polri. Kendati demikian, semua bekerja sesuai arahan Presiden Jokowi.
"Dari beberapa pertemuan di lapangan baik dengan gubernur maupun bupati Jawa Timur dan Aceh sudah kami lakukan langkah. Di antaranya membentuk Satgas dan gugus tugas, kemudian agenda SOS atau darurat, langkah temporeri dan agenda recovery atau pemulihan,” kata Syahrul.
Syahrul menambahkan, penyakit PMK adalah wabah yang memiliki tingkat penyebaran cepat karena prosesnya bisa menular melalui kontak langsung maupun udara. Namun, PMK dipastikan tidak menular kepada manusia, bahkan dagingnya masih bisa dikonsumsi.
“Daging yang terkena prosedur tertentu dengan pendekatan teknis ada penelitian dan lain-lain masih bisa dikonsumsi oleh manusia,” katanya.
Lebih lanjut, Syahrul mengatakan, yang tidak boleh dikonsumsi manusia pada tempat-tempat yang langsung terkena PMK, di antaranya organ-organ kaki yang harus diamputasi, jeroan, mulut, terkait bibir, dan lidah.
Kemudian, Syahrul mengatakan meski daging hewan yang terkena penyakit mulut dan kuku atau PMK masih diperbolehkan untuk dikonsumsi, ia tidak ingin sapi yang kena PMK makin menyebar, apalagi ke daerah-daerah lainnya dan dikonsumsi semuanya oleh masyarakat.
Lihat juga video “Kacau! Seorang Pria Menggangu Warga Salat Id dengan Ugal-Ugalan di Depan Masjid”. (youtube/poskota tv)
Kendati demikian, pihaknya terus memantau Rumah Pemotongan Hewan atau RPH agar tidak sembarangan dalam mengolah hewan yang sudah terinfeksi PMK.
"Oleh karena itu penjualan liar dan lain-lain khususnya di daerah suspect yang ada ini bisa kita hindari bersama," kata Syahrul. (cr05)